Peci Gus Dur Buat Jokowi, Seribu Makna Menuju RI 1

Moh Habib Asyhad

Editor

Peci Gus Dur Buat Jokowi, Seribu Makna Menuju RI 1
Peci Gus Dur Buat Jokowi, Seribu Makna Menuju RI 1

Intisari-Online.com - Ada yang tak biasa pada penyelenggaraan peringatan 9 tahun berdirinya Wahid Institute. Secara simbolis, Sinta Nuriyah, istri almarhum Gus Dur, memberikan peci yang biasa dipakai Presiden RI ke-4 itu, lalu memakaikannya di kepala Jokowi, Gubernus DKI Jakarta. Peci itu tentu sarat makna.Secara khusus, Jokowi diundang oleh Yenny Wahid (putri Gus Dur), The Wahid Institute, sebagai pembicara pada acara itu. Kepada kompas.com Yenny mengaku itu adalah bentuk dukungan keluarga Abdurrahman Wahid jika Jokowi berkenan maju menjadi presiden pada 2014. “Jika memang dia mau maju mencalonkan diri di 2014, kami siap mendukung. Pak Jokowi memang layak didukung,” ujar Yenny.

Tanpa tedeng aling-aling, Yenny menganggap bahwa Jokowi mempunyai kemiripan dengan almarhum bapaknya. Ia mampu mengartikulasikan gagasan-gagasan yang ditelurkan oleh Gus Dur dengan proker-proker yang telah dilalukan.

Kisah pemberian peci dengan harapan menjadi pemimpin besar mengingatkan kita pada kisah Sukarno jauh hari sebelum menjadi presiden. Jauh sebelum Indonesia memproklamirkan kemerdekaan RI.

Saat itu Sukarno tengah menjalankan pengasingan di Bengkulu. Waktu itu kira-kira tahun 1942, Sukarno berkeliling Sumatera dengan keluarga dan para pembantunya. Setelah lama berkeliling, Sukarno singgah di rumah salah seorang kawannya, Abbas Abdullah, di Payakumbuh, yang ternyata adalah pemimpin pesantren Darul Funun al-Abbasiyah.

Karena melihat peci Sukarno yang sudah lusuh, Abbas Abdullah memberikan peci yang lebih bagus kepada penulis Indonesia Menggugat tersebut. Peci itu berwana hitam yang terbuat dari bahan beludru. Tak sekadar mewariskan peci, Abbas juga menyarankan Sukarno menjadi pemimpin saat Indonesia merdeka kelak.

Kembali ke kisah Jokowi. Yang lebih istimewa lagi, pemberian peci Gus Dur kepad Jokowi oleh Sinta Nuriyah dilakukan di hadapan beberapa tokoh elit Indonesia; di antaranya adalah Wiranto dan Akbar Tanjung. (kompas.com)