Penulis
Intisari - Online.com -Pada akhir 1920-an, jauh di gurun Irak selatan, arkeolog Inggris Leonard Woolley menemukan makam Mesopotamia paling mewah yang pernah ditemukan.
Kerangka berusia 4.500 tahun itu terbungkus emas dan batu mulia.
Cincin emas menghiasi setiap jari, ikat pinggang emas melingkari pinggang dan hiasan kepala emas dengan daun tempa rumit dan bunga berdiri menghiasi kepala.
Tiga mayat lagi, mungkin pelayan, menemani makam-makam kerajaan, seperti dilansir dari atlasobscura.com.
Tetapi barang-barang kuburan yang megah bukanlah satu-satunya alasan penemuan itu mengguncang dunia pada awal abad ke-20: makam ini milik seorang wanita.
Ratu Pu-abi, sebuah nama yang dibawa turun-temurun berkat segel lapis-lazuli yang disematkan pada pakaian pemakamannya, hidup pada puncak kekuasaan Ur sekitar 2600 SM.
Pada masanya, negara-kota kuno memegang kekuasaan luas di Sumeria, sebuah wilayah yang terletak di antara Tigris dan Efrat.
Perdagangan di Ur berkembang dan rute perdagangan meluas dari India modern ke Sudan.
Sebagai pelabuhan utama untuk barang-barang India, Ur mengumpulkan kekayaan dalam jumlah besar.
Meskipun tidak ada dokumen kontemporer yang menyebutkan Pu-abi, para cendekiawan percaya bahwa dia mungkin telah memerintah dengan haknya sendiri karena stempelnya tidak menyebutkan suami.
Melansir ranker.com, Puabi adalah seorang ratu dari dinasti Meskalamdug Sumeria yang kekuasaannya berkisar antara 2550 sampai 2400 SM.
Segel dan berbagai artefak lain ditemukan dalam kuburannya di Ur.
Ur dulunya adalah sebuah kota pantai di Teluk Persia, yang kini ada di Irak.
Dibuat dari lapis lazuli, segel dibagi menjadi dua gambar terpisahkan oleh garis.
Menurut Museum Inggris, sosok yang duduk memegang gelas di bagian atas segel mungkin Puabi sendiri.
Diidentifikasi dengan gelarnya "nin" atau "eresh", sebuah kata Sumeria yang dipakai untuk menyebut ratu atau pendeta wanita.
Segel Puabi tidak menempatkan dirinya pada raja atau menjelaskan suaminya.
Kemungkinan hal ini berarti dia berkuasa atas haknya sendiri.
Namun sudah lama disebutkan bahwa Puabi adalah istri kedua raja Meskalamdug.
Fakta bahwa Puabi sendiri adalah seorang Akkadian Semit, tentunya menunjukkan bahwa dia merupakan sosok penting bagi warga Sumeria, menunjukkan tingkat tinggi pertukaran budaya dan pengaruh antara Sumeria kuno dan tetangga Semit mereka.
Walaupun sedikit diketahui tentang kehidupan Puabi, penemuan makam Puabi dan lubang kematian itu membeberkan informasi penting seperti halnya pertanyaan-pertanyaan baru mengenai masyarakat dan budaya Mesopotamia.
Arkeolog dan pakar tekstil Rita Wright, profesor antropologi di New York University, adalah yang pertama mempelajari pakaian Puabi berdasarkan foto tentang Puabi.
Dia menjelaskan ada dua wanita dalam kehidupan Ur kuno, yaitu wanita elit yang terhubung dengan penguasa dan perempuan yang bekerja di industri tekstil.
Wanita elit ini saudara perempuan atau kerabat penguasa lainnya atau mereka adalah istri mereka.
Dan perempuan-perempuan ini sangat penting karena mereka berkeliling negeri melakukan berbagai hal sebagai wakil negara.
Jadi mereka memiliki sejumlah kekuatan.
Sementara untuk wanita yang bekerja di industri tekstil bekerja dalam produksi wol dan linen.