Penulis
Intisari-Online.com - Banyak orang terkesan dengan kisah cinta Habibie & Ainun yang kemudian diadaptasi menjadi film.
Film biographical pictures atau biopic tersebut berjudul Habibie & Ainun yang rilis pada 2012.
Kisah Habibie & Ainun diangkat dari memoar yang ditulis Habibie mengenai kisah hidupnya bersama mendiang istrinya, Hasri Ainun Habibie, dalam buku Habibie dan Ainun.
Empat tahun kemudian pada 2016, film prekuel Habibie & Ainun kembali dibuat dengan judul Rudy Habibie.
Kemudian pada tahun 2019, film Habibie & Ainun 3 tayang.
Bagi Anda yang ingin kembali menyaksikan film Habibie & Ainun 3, Anda dapat menontonnya kembali di saluran televisi SCTV pada Sabtu 25 Juni 2022.
Film Habibie & Ainun 3 akan tayang pukul 12.00 di SCTV.
Terlepas dari tayangan tersebut, mengulik kisahcinta Habibie & Ainun selalu menjadi hal yang menarik.
Salah satunya kisah mengenai Habibie & Ainun muda.
Berikut kisahnya.
Tak lama setelah peringatan 40 hari meninggalnya sang ayah, Rudy (nama Habibie muda) berangkat ke Jawa.
Bayangkan, remaja yang baru saja jadi yatim ini harus menempuh perjalanan panjang dengan kapal besar, seorang diri.
Rudy ingat, dia menangis di pelabuhan Makassar memohon dan merengek agar dia tak dikirim ke Jawa.
“Ini justru tanda aku sayang dan yakin padamu Rudy."
"Kalau Mami jahat, justru Mami akan menahanmu di sini dan memanjakanmu. Karena itu, kamu harus pergi. Jadi yang nomor satu,” bujuk Mami.
Padahal tentu hatinya cemas. Ibu mana yang tidak khawatir merelakan anaknya umur 14 tahun, putra kebanggaannya, pergi sendirian merantau?
Awalnya Rudy melanjutkan sekolah di Carpentier Alting Stichting (CAS), dekat Stasiun Kereta Gambir, sekolah internasional tingkat SMA terbaik saat itu.
Namun lantaran tidak kuat dengan panasnya Jakarta, Desember 1950 Rudy pindah ke Bandung yang lebih dingin.
Ia tinggal di rumah kawan almarhum ayahnya, Pak Syamsusin, di Jalan Purnawarman 52, Bandung.
Ia mendapat kamar sendiri. Di sini pula kegemarannya membuat dan bermain model pesawat dari kayu balsa dimulai.
Sayang, tak lama kemudian sekolah tempat Rudy belajar, Christelijk Lyceum, pun ditutup.
Semua murid harus pindah ke Sekolah Peralihan yakni SMA Kristen di Jalan Dago 81.
Persoalan muncul karena bahasa pengantar di SMA Peralihan Kristen adalah bahasa Indonesia.
Padahal Rudy terbiasa berbahasa Belanda di sekolah internasional, sementara bahasa Indonesianya tidak lancar.
Alhasil, Rudy diledek teman-teman sekolahnya sebagai “Londo ireng” lantaran tak bisa berbahasa Indonesia.
Kepindahan Rudy ke sekolah SMA biasa membuat Mami kecewa.
Terdorong untuk melakukan pendampingan terhadap anaknya, akhir 1951 Mami memutuskan boyongan pindah dan menetap ke Bandung.
Seluruh warisan dan harta yang tersisa di Makassar dijual untuk modal hidup di Bandung. Mami membeli tiga rumah di Jalan Imam Bonjol.
Satu rumah untuk tempat tinggal, sisanya untuk usaha tempat indekos.
Kendala bahasa perlahan teratasi setelah Rudy mengambil les privat.
Keunggulan Rudy di sekolah adalah kecepatannya mengerjakan semua pelajaran ilmu eksakta.
Misalnya, waktu ulangan adalah dua jam, Rudy bisa menyelesaikannya dalam hitungan menit.
Bila sudah selesai, Rudy akan pura-pura masih berpikir agar dia tak diomeli teman.
Soalnya, ketika Go Keng Hong, guru Ilmu Pasti Alam, mengetahui bahwa Rudy sudah selesai menggarap soal, ia segera menyuruh murid-murid lain mengumpulkan soal.
Padahal banyak yang belum selesai.
Salah seorang adik kelas Rudy di SMA ini adalah Hasri Ainun Besari, putri Mohammad Besari, dosen Fakultas Teknik Universitas Indonesia di Bandung.
Ainun kemudian menjadi bagian dari kecanggungan Rudy berhadapan dengan perempuan.
Go Keng Hong selalu memuji-muji Ainun yang cerdas di depan Rudy, sembari ditambah bumbu-bumbu bahwa suatu hari nanti Ainun dan Rudy pasti akan menikah.
Sebenarnya Rudy sangat gondok karena aksi perjodohan oleh gurunya ini.
Apalagi kemudian teman-teman yang lain juga ikut-ikutan.
Akibat aksi jodoh-jodohan yang semakin gencar ini, suatu hari di halaman sekolah, Rudy jadi kesal sama teman-temannya.
Saat itu, Ainun bersama teman perempuannya sedang makan bekal mereka di sebuah taman sekolah.
Teman-teman Rudy menggoda. Tanpa pikir panjang, sambil berjalan Rudy berteriak, “Ainun! Kamu jelek! Sudah hitam, gendut lagi!!!!!!”
Seketika semua orang terdiam. Sejenak, mata Rudy bertatapan dengan mata Ainun. Hening.
Tulisan mengenai kisahHabibie & Ainunini pernah dimuat di Majalah Intisari dalam rubrik Cukilan Buku, yang diambil dari buku RUDY, Kisah Masa Muda yang Visioner, dan dicukil oleh Djati Surendro.