Find Us On Social Media :

Lebih Dari Seribu Orang Tewas Setelah Afghanistan Dihantam Gempa 5,9 dan 6,1 SR, Sebuah Gempa Bumi Paling Mematikan dalam Dua Puluh Tahun Terakhir

By May N, Kamis, 23 Juni 2022 | 07:50 WIB

Gempa 5,9 dan 6,1 SR di Afghanistan menewaskan lebih dari 1000 warga

Intisari - Online.com - Sebuah gempa berkekuatan besar di provinsi Paktika, Afghanistan, telah membunuh setidaknya 1000 orang dan mencederai setidaknya 1500 orang, dengan jumlah korban diperkirakan terus meningkat.

Menurut pejabat Taliban, ratusan lainnya cedera dalam apa yang tampaknya gempa bumi paling mematikan dalam dua puluh tahun terakhir.

Gempa ini menyerang pada malam hari dengan hujan lebat mempersulit upaya penyelamatan.

Melansir The Guardian, bencana ini datang saat Afghanistan kesulitan menghadapi krisis ekonomi yang sudah melanda mereka sejak pengambilalihan Taliban tahun lalu.

Bencana alam ini juga terjadi di tengah derasnya kekhawatiran atas kemampuan Taliban dan badan-badan internasional untuk merespon dengan cepat.

Sementara badan-badan internasional masih beroperasi di Afghanistan, Taliban mengambil alih semua badan-badan dan pemerintahan mengurangi program bantuan mereka di negara yang mana 80% dana mereka datang dari bantuan asing.

Rekaman dari Paktika menunjukkan orang-orang dibawa dengan helikopter untuk diangkat dari wilayah tersebut.

Lainnya adalah para warga yang dirawat di lapangan.

Salah seorang warga dapat dilihat menerima cairan IV sembari duduk di sebuah kursi plastik di luar reruntuhan rumahnya dan masih banyak lagi orang tergeletak di atas tandu.

Menggambarkan kondisi itu saat orang-orang menggali reruntuhan rumah untuk mengevakuasi yang tewas dan cedera, Muhammad Amin Huzaifa, kepala departemen informasi dan budaya di Paktika mengatakan: "Orang-orang menggali kuburan demi kuburan" dengan rekaman yang dirilis oleh Taliban menunjukkan warga menggali lubang yang memanjang untuk mengubur yang mati.

Karim Nyazai saat itu berada di ibu kota provinsi dan kembali dengan cepat untuk melihat desanya rusak dan 22 anggota keluarga besarnya tewas.

"Aku jauh dari keluargaku yang tinggal di desa di distrik Gyan. Aku pergi ke sana secepat mungkin saat aku bisa temukan mobil di pagi hari," ujarnya dilansir dari Guardian.