Penulis
Intisari-Online.com - Diwartakan oleh Kompas.com, Selasa (21/6/2022),Presiden Joko Widodo mengatakan, ekonomi 60 negara di dunia akan ambruk akibat terdampak pandemi dan krisis ekonomi.
Salah satu negara yang sudah merasakan dampak krisis adalah Sri Lanka.
MelansirTribunnews.com, Perdana Menteri Sri Lanka Mahinda Rajapaksa mengundurkan diri pada Senin, 9 Mei 2022, setelah didemo besar-besaran oleh warganya yang kesulitan memperoleh BBM dan harga kebutuhan pokok yang melambung tinggi.
"Perkiraan ini berdasarkan perhitungan organisasi bank dunia, dana moneter dunia (IMF), dan PBB. "
"Angka-angkanya saya diberi tahu, ngeri kita. Bank dunia menyampaikan, IMF menyampaikan, UN PBB menyampaikan."
"Terakhir baru kemarin, saya mendapatkan informasi, 60 negara akan ambruk ekonominya, 42 dipastikan sudah menuju ke sana," ujar Jokowi saat memberi sambutan pada Rakernas PDI-P di Sekolah Partai, Lenteng Agung, Selasa (21/6/2022).
Meski oleh Bank Dunia, Indonesia masih dianggap aman dari ancaman krisis namun sebenarnya mulai terasa dampak dari perang Rusia-Ukraina yang mulai terjadi sejak 24 Pebruari 2022 lalu.
Ketua Umum Partai Gelombang Rakyat (Gelora) Indonesia Anis Matta mengatakan pergantian Menteri Perdagangan dari Muhammad Lutfi ke Zulkifli Hasan untuk mengantisipasi dampak itu.
"Siapa yang mau membantu mereka kalau sudah 42. Mungkin kalau 1,2,3 negara krisis bisa dibantu mungkin dari lembaga-lembaga internasional."
"Tapi kalau sudah 42 nanti betul dan mencapai bisa 60 betul, kita ga ngerti apa yang harus kita lakukan," tegasnya.
Oleh karenanya, Jokowi meminta agar Indonesia senantiasa berjaga-jaga, hati-hati, dan waspada.
Lebih lanjut, Jokowi menekankan Indonesia saat ini tidak berada pada posisi normal.
Dia mengingatkan, begitu krisis keuangan masuk ke krisis pangan, masuk ke krisis energi kondisinya akan semakin mengerikan.
"Saya kira kita tahu semuanya. Udah 1,2,3 negara mengalami itu. Tidak punya cadangan devisa, tidak bisa beli BBM, tidak bisa beli pangan, tidak bisa impor pangan karena pangannya, energinya, impor semuanya," jelas Jokowi.
"Kemudian terjebak juga kepada pinjaman utang yang sangat tinggi. Karena debt ratio-nya terlalu tinggi," lanjutnya.
Jokowi kembali mengingatkan masyarakat agar tetap berhati-hati.
Terlebih saat ini pemerintah masih terus mensubsidi harga sejumlah komoditas.
Misalnya, bensin Pertalite dengan harga jual Rp 7.650 per liter dan Pertamax seharga Rp 12.000,- per liter.
"Hati-hati ini bukan harga sebenernya lho. Ini adalah harga yang kita subsidi. Dan subsidinya besar sekali."
(*)