Find Us On Social Media :

Sibuk Urusi Ukraina, Rusia Tak Sadar China Bisa 'Caplok' Wilayahnya Ini Tanpa Perang, Ini Cara yang Digunakan China

By Tatik Ariyani, Senin, 20 Juni 2022 | 09:04 WIB

(ilustrasi) Vladimir Putin dan Xi Jinping

Intisari-Online.com - Saat ini, Rusia menguasai beberapa wilayah di seberang perbatasan timurnya dengan menginvasi Ukraina.

Namun, Rusia tidak menyadari prospek kehilangan wilayah di bagian selatan dan tenggaranya ke China.

Kegiatan ekonomi China yang tiada henti di wilayah Rusia ini telah memunculkan pertanyaan yang akhir-akhir ini muncul di media dan kalangan akademis Moskow.

Kegiatan ekonomi tersebut meliputi sebagian besar Siberia, terutama melalui investasi di bidang energi, konstruksi jalan/kereta api, dan pertanian.

Melansir The EurAsian Times, Minggu (19/6/2022), perkembangan terakhir yang membuat pertanyaan ini semakin relevan adalah kesepakatan yang dicapai oleh perusahaan-perusahaan China dan Rusia mengenai industri-industri utama seperti energi, makanan, dan komoditas sehari-hari lainnya di sela-sela Forum Ekonomi Internasional St. Petersburg (SPIEF), sebuah konferensi bisnis tahunan yang dikenal sebagai "Davos Rusia," dari 15-18 Juni.

Yang paling menonjol di antara mereka adalah kesepakatan teknis pada proyek Pasokan Gas Timur Jauh Rusia-China untuk memperkuat kerja sama energi antara China National Petroleum Corporation dan Gazprom Rusia.

Perjanjian tersebut “berisi parameter teknis utama untuk bagian lintas batas pipa gas, termasuk penyeberangan bawah air sungai perbatasan Ussuri, serta parameter fisik dan kimia gas yang dimaksudkan untuk pasokan,” menurut Gazprom.

Dapat dicatat bahwa pada bulan Februari tahun ini, Rusia dan China telah menandatangani kesepakatan pasokan gas baru yang akan beroperasi melalui “rute Timur Jauh”, menggarisbawahi bagaimana meningkatnya ketegangan dengan Barat telah mendorong 'Pivot to the East' Rusia, strategi jangka panjang untuk mendiversifikasi ekspor sumber dayanya ke negara-negara Asia, khususnya China.

Perjanjian tersebut mencakup pasokan tahunan 10 miliar meter kubik (cm) gas alam selama jangka waktu 30 tahun.

Ladang South-Kirinskoye di lepas pantai Pulau Sakhalin diharapkan menjadi sumber pasokan.

Kebetulan, kesepakatan ini berada di luar kontrak 30 tahun Power of Siberia-1 (POS-1) yang sudah ada, yang dibuka antara China dan Rusia pada awal Desember 2019, untuk pasokan tahunan 38 miliar cm.

Kapasitas transmisi gas POS-1 ditingkatkan menjadi 53 miliar meter kubik pada tahun 2021.