Penulis
Intisari-Online.com – Penemuan mumi selalu memukau para ahli Mesir Kuno dan masyarakat sipil ketika melihat artefak kuno tersebut.
Untuk mempelajari mumi tersebut, tentu saja bisa menjadi proses yang sulit, karena saking kunonya, potongan-potongan artefak itu membuatnya semakin sensitif dari waktu ke waktu.
Maka, jelaslah bahwa pelestarian benda-benda purbakala ini sangat membatasi kapasitas penelitian para arkeolog,yang perlu mengatasi pembatasan ini.
Salah satu kasus paling simbolik terjadi ketika mumi #30007 ditemukan.
Beberapa dekade berlalu sebelum kemudian para peneliti melakukan penelitian yang lebih mendalam tentang sarkofagus itu, lebih dari sekadar melihat bagian luarnya.
Karena para ahli itu masih terkonsentrasi di luar, maka penemuan mumi itu dikenal sebagai mumi ‘Putri Emas’.
Nama tersebut mengacu pada detail yang tertera pada sarkofagus mumi, yang berisi banyak detail emas dan linen.
Mumi itu juga mengenakan hiasan kepala emas, dan fitur wajahnya dicat.
Peti mati mumi itu dicat dengan pola Era Romawi di Mesir, antara tahun 30 SM dan 646 M.
Di wajahnya terdapat lapisan papirus yang dilapisi emas sebagai semacam topeng kematian.
Menurut ahli Mesir Kuno, hal itu terkait dengan kepercayaan pada saat itu, yaitu bahwa setelah kematian seorang wanita akan menjaga mata, hidung, dan mulutnya tetap utuh karena dia masih membutuhkan inderanya itu.
Dari situ masih memungkinkan para arkeolog mencapai kesimpulan lain tentang periode sejarah tempat itu berasal.
Ketika Mesir adalah provinsi Kekaisaran Romawi, maka proses mumifikasi mulai mengalami pengaruh baru.
Interaksi ini mungkin menjelaskan mengapa dia tidak berada di peti kayu, yang umum digunakan sebelum era Romawi, tetapi dalam kapsul yagn terbuat dari linen dan karton, yang menyerupai papier-mache.
Sedikit yang diketahui tentang mumi Putri Emas pada waktu itu, bahkan, tidak banyak informasi selain kemungkinan karakteristik fisik dan tanggal kematiannya.
Identitasnya tetap sulit dipahami, siapakah wanita yang dibalsem lebih dari 1.500 tahun lalu dengan dekorasi yang begitu kaya ini?
Sarkofagus itu tidak pernah dibuka, namun, karena isi peti mati sangat rapuh, gambar x-ray dapat memindai interiornya dengan menggunakan peralatan tomografi terkomputerisasi modern dan mengungkapkan fitur M.
Melansir Historical Eve, pemindaian menunjukkan bahwa wanita itu mungkin berusia pertengahan 40-an ketika dia meninggal.
Rambutnya keriting, dan sedikit overbite, dengan gigi bawahnya sedikit tumpang tindih dengan gigi atasnya.
Menurut kurator American Museum of Natural History saat itu, David Hurst Thomas, teknik ini tidak merusak isi peti mati dan juga memungkinkan peneliti untuk mendapatkan lebih banyak informasi tentang mumi tersebut.
“Pemindaian seperti ini tidak invasif, dapat diulang, dan dapat dilakukan tanpa merusak cerita yang kami coba pahami,” jelas Thomas.
Spesialis di Field Museum of Natural History di Chicago, AS, menggunakan CT scan untuk melakukan rekonstruksi virtual tengkorak wanita tersebut.
Dengan teknologi itu, seniman forensik Prancis lisabeth Daynès juga mampu menghasilkan rekonstruksi 3D dari wajah orang Mesir, menciptakan replika wajah mumi tanpa harus membuka peti mati.
Para peneliti juga dapat menunjukkan kemungkinan penyebab kematian Putri Emas.
Bukti dari tes menunjukkan bahwa dia mungkin telah meninggal setelah tertular TBC, penyakit yang menjadi umum di Mesir Kuno karena populasinya yang besar.
Namun, tidak ada, atau bahkan sangat sedikit, yang diketahui tentang identitas mumi tersebut.
Tidak ada hieroglif di makamnya sehingga tanpa identitas itu tidak mungkin mengungkapkannya, maka teknisi di di American Museum of Natural History, di New York, menamai mumi wanita itu, sebagai ‘Putri Emas’, seperti nama yang dikenal di seluruh dunia
Dan, mumi ‘Putri Emas’ itu hingga kini menjadi koleksi museum yang bersangkutan di Amerika Serikat.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari