China Nyatakan Tak Ragu Memulai Perang atas Taiwan jika Hal Ini Terjadi, Namun dengan 'Senjata Rahasia' Mungkinkah Taiwan Tak Jadi Ukraina Berikutnya?

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

(Ilustrasi) Xi Jinping dan PLA.

Intisari-Online.com - Sejak invasiRusiake Ukraina, keamanan Taiwan menjadi pembicaraan para pembuat kebijakan dan analis di seluruh dunia.

Pulau yang memiliki pemerintahan sendiri itu diprediksi suatu hari nanti dapat bernasib seperti Ukraina, dengan China berupaya mengambil alih wilayahnya.

MelansirKompas.com, baik Taiwan maupun Ukraina adalah negara demokrasi muda, yang identitas nasional dan kemerdekaan politiknya menghadapi ancaman agresi dari negara adikuasa tetangga.

Meski demikian, Taiwan dinilai memiliki senjata rahasia yang tidak banyak dibahas, dan merupakan kekuatan yang tidak dimiliki Ukraina, yakni dominasi dalam industri semikonduktor.

Beberapa analis menilai kekuatan itu dapat terbukti penting dalam mencegah invasi oleh Beijing menurut laporan Al Jazeera.

Invasi ke Taiwan dapat memicu kejatuhan ekonomi global yang belum pernah terjadi sebelumnya.

Pasalnya pulau itu memiliki posisi strategis dalam rantai pasok teknologi dunia.

“Perisai silikon” Taipei membuat taruhannya sangat tinggi bagi China.

Presiden China Xi Jinping berjanji untuk merebut kembali pulau yang diperintah sendiri jika perlu dengan paksa.

BahkanChina tidak akan ragu untuk memulai perang jika Taiwan mendeklarasikan kemerdekaan.

Hal ini diucapkan oleh Menteri Pertahanan China Wei Fenghe, memperingatkan Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) Lloyd Austin dalam pembicaraan tatap muka perdana di antara keduanya di Singapura pada Jumat (10/6/2022), menurut para pejabat.

"Jika ada yang berani memisahkan Taiwan dari China, tentara China pasti tidak akan ragu untuk memulai perang tidak peduli biayanya," kata Juru Bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian mengutip omongan Menteri Pertahanan China Wei Fenghe dalam pertemuan dengan Lloyd Austin.

Menteri Pertahanan China juga bersumpah bahwa Beijing akan menghancurkan hingga berkeping-keping setiap plot kemerdekaan Taiwan dan dengan tegas menjunjung tinggi penyatuan tanah air, menurut Kementerian Pertahanan China.

"(Dia) menekankan bahwa Taiwan adalah Taiwan-nya China... Menggunakan Taiwan untuk menahan China tidak akan pernah berhasil," tambah Kementerian itu, dilansir dari Kantor Berita AFP.

Sementara itu, Austin mengatakan kepada Wei Fenghe selama pembicaraan tersebut, bahwa China harus menahan diri dari tindakan destabilisasi lebih lanjut terhadap Taiwan, kata Kementerian Pertahanan AS.

Taiwan merupakan sebuah pulau demokratis yang memiliki pemerintahan sendiri.

Taiwan hidup di bawah ancaman invasi China yang terus-menerus.

Namun Beijing sendiri sangat bergantung pada teknologi Taiwan, untuk menopang industri-industri utama yang diandalkannya agar dapat menggandakan produk domestik bruto (PDB) China pada 2035.

“China pandai dalam algoritma, perangkat lunak, dan solusi pasar. Tetapi industri mereka membutuhkan banyak chip komputer berperforma tinggi (HPC) yang tidak mereka miliki,” kata Ray Yang Direktur Konsultan di Institut Penelitian Teknologi Industri Taiwan kepada Al Jazeera.

Lebih lanjut menurutnya, jika konflik mengganggu pasokan mereka, itu akan secara dramatis memperlambat ambisi teknologi kecerdasan buatan (AI) dan 6G China.

Artinya, Beijing harus menyusun ulang seluruh strategi industri mereka.

Ketergantungan itu dapat dimanfaatkan lebih lanjut oleh Taipei untuk menopang keamanan nasionalnya, menurut beberapa analis militer.

Baca Juga: Gara-Gara Perang Rusia Ukraina, Pasar Senjata Dunia Akan Membuar Rusia Mengalami Kerugian Tapi Justru China yang Akan Panen Untung dari Hal Ini, Apa Alasannya ?

(*)

Artikel Terkait