Penulis
Intisari - Online.com -Iran, pada hari Rabu (8/6), mengumumkan akan segera mematikan dua kamera milik pengawas nuklir PBB dan akan meningkatkan upaya pengayaan uraniumnya.
Pengumuman ini disampaikan Iran hanya beberapa jam sebelum pemungutan suara tertutup di markas Badan Energi Atom Internasional (IAEA) terkait nasib nuklir Iran ditentukan.
"Sejauh ini, IAEA tidak hanya tidak berterima kasih atas kerja sama ekstensif Iran, tetapi juga menganggapnya sebagai kewajiban.
"Mulai hari ini, otoritas terkait telah memerintahkan agar kamera pengintai dari Online Enrichment Monitor (OLEM) dimatikan," ungkap TV pemerintah Iran.
Dilansir dari Reuters, IAEA tidak memiliki akses ke data yang dikumpulkan oleh kamera tersebut atau OLEM selama lebih dari satu tahun.
Badan pengawas nuklir PBB tersebut berharap akan mendapatkan akses ke data yang ada di Iran itu di kemudian hari.
Pada pertemuan IAEA hari Rabu, dewan yang datang dari 35 negara dengan suara bulat mengeluarkan resolusi yang mengkritik Iran.
Resolusi ini diajukan oleh Amerika Serikat, Jerman, Prancis, dan Inggris.
Hanya Rusia dan China yang menentang resolusi tersebut.
Secara umum, resolusi Dewan Gubernur IAEA menyatakan keprihatinan mendalam mengenai jejak uranium yang ditemukan di tiga lokasi di Iran yang tidak dilaporkan secara resmi ke PBB.
Pihak Iran pun dinilai tidak bekerja sama dengan baik karena tidak memberikan penjelasan.
Melalui resolusi tersebut, IAEA meminta Iran untuk terlibat dengan pengawas tanpa ada penundaan lagi.
Meningkatkan Pengayaan Nuklir
Iran mengecam resolusi semacam itu dan telah memperingatkan sebelumnya tentang pembalasan.
Kondisi ini meningkatkan prospek keretakan lebih besar pada pembicaraan yang sudah terhenti tentang menghidupkan kembali kesepakatan nuklir Iran 2015.
Iran sekarang telah mengatakan kepada IAEA bahwa pihaknya berencana untuk memasang dua mesin pengaya uranium yang jauh lebih efektif daripada sentrifugal IR-1 generasi pertama.
Mesin IR-1 yang ada sekarang adalah satu-satunya mesin yang diizinkan oleh kesepakatan 2015 untuk digunakan Iran di situs Natanz.
Iran mengatakan tujuan nuklirnya sepenuhnya untuk tujuan damai.
Sejak AS menarik diri dari kesepakatan nuklir 2015 pada 2018, Iran tercatat melanggar banyak pembatasan kesepakatan pada kegiatan nuklirnya, termasuk pengayaan.
Iran bahkan diketahui telah memperkaya kemurnian uraniumnya hingga 60%, mendekati tingkat senjata nuklir yang ada di angka 90%.