Penulis
Intisari-Online.com -1.300 tahun yang lalu, Yan Shiwei merupakan seorang hakim terhormat yang mendedikasikan hidupnya untuk Kaisar Wu Zetian.
Wu Zetian merupakansatu-satunya wanita yang pernah menduduki takhta sebagaikaisar.
Untuk menjadikaisar, konon perjalanannya sangat panjang hingga mengorbankan banyak nyawa yang menjadi korbannya.
Tak berhenti sampai di situ, ia juga punya seribu rencana busuk untuk menyingkirkan musuh-musuhnya yang menghalangi langkahnya dengan sang kaisar baru.
Wu Zetian juga memerintahkan orang untuk memotong-motong tubuh saingannya dan menenggelamkannya ke dalam tong anggur.
Pada tahun 690, setelah Kaisar dan putra-putranya meninggal, dia mengambil langkah terakhir dan menjadikan dirinya Kaisar.
Para pengamat sejarah menyebut Wu Zetian berhati ular dan punya sifat layaknya seekor serigala.
Kesuksesannya meraih posisi tertinggi di dalam Kekaisaran China tak lepas dari sosok-sosok yang ikut mendukungnya.
Salah satunya adalah Yan Shiwei, seorang pejabat militer yang digambarkan begitu setia pada kekaisaran tetapi berakhir dengan kematian yang tragis.
Makam Yan Shiwei ditemukandi dalam gua bersama dengan istrinya, Lady Pei.
Batu nisan di makam tersebut menggambarkan bagaimana dia dan seluruh keluarganya dieksekusi.
Makam dan batu nisan tersebut dijelaskan dalam jurnal Chinese Cultural Relics oleh para peneliti dari Institut Arkeologi dan Konservasi Warisan Budaya Kota Xi'an.
Tulisan di batu nisan mengatakan bahwa tak lama setelah pernyataan Wu Zetian sebagai penguasa Kekaisaran China, seorang adipati bernama Xu Jingye memimpin pemberontakan di Jiangdu (sekarang Yangzhou).
Saat itu, menurut tulisan di batu nisan tersebut, Yan Shiwei tengah menjabat sebagai pejabat militer di Jiangdu.
Sang duke, Jingye, mencoba membujuk Shiwei untuk bergabung dengan pemberontak, tetapi Shiwei menolak dan melawan sang duke.
"Tuan [Yan Shiwei] dengan sengaja mematahkan lengannya sendiri untuk melawan paksaan dari pemberontak, menunjukkan bahwa kesetiaannya kepada istana kekaisaran tidak tergoyahkan," tulis tulisan di batu nisan itu dalam terjemahannya.
Tidak diketahui mengapa Shiwei harus dengan sengaja mematahkan lengannya sendiri, ada pula kemungkinan bahwa itu hanya sebuah ungkapan.
Dalam konflik berikutnya, pasukan adipati dikalahkan dan Wu Zetian mengklaim kekuasaan sebagai Janda Permaisuri.
Yan Shiwei pun dipromosikan menjadi hakim Kabupaten Lanxi di Prefektur Wuzhou dan diberi gelar grand master untuk menutup pengadilan, menurut kata batu nisan itu.
Pada tahun 690, Wu Zetian mendeklarasikan dirinya sebagai kaisar dengan haknya sendiri dan mendirikan dinastinya sendiri, yang ia sebut "Zhou".
Bahkan, saat kekuatan Wu Zetian meningkat, Yan Shiwei menjadi salah satu pejabat favoritnya. Ia menghadapi orang-orang yang menantang otoritas Wu Zetian.
Pada tahun 699, Yan Shiwei telah menjadi pejabat senior yang "ditempatkan di daerah ibu kota dan menguasai gunung dan sungai."
Tetapi, 'masa keemasan' Yan Shiwei tak berlangsung lama. Ia menghadapi berbagai tantangan untuk mempertahankan posisinya.
Batu nisan mengatakan bahwa pada satu titik Yan Shiwei didakwa menghadapi "keluarga kuat" di dekat ibu kota Luoyang. Teks-teks mengatakan bahwa kekacauan sipil sedang terjadi.
Kemudian sebuah tragedi menimpanya. Dijelaskan bahwa adiknya, Zhiwei, berbalik melawan kaisar wanita.
Tidak secara spesifik menjelaskan apa yang dilakukan Zhiwei, tetapi konsekuensi bagi Yan Shiwei dan keluarganya sangat parah.
"Karena bersalah oleh asosiasi atas kejahatan saudaranya Zhiwei, dia [Yan Shiwei] dieksekusi di bawah hukuman kolektif," kata batu nisan itu.
Seluruh keluarganya menderita hukuman kolektif, dan semua dieksekusi. Tapi tidak termasuk istri Yan Shiwei, karena ia meninggal beberapa tahun sebelumnya, pada tahun 691.
Tak sampai di situ, tubuhnya juga dikubur secara sembarangan untuk memastikan penghinaannya agar tak menerima penguburan yang layak.
Selain sisa-sisa kerangka, juga di temukan artefakatung keramik berwarna cerah di makam tersebut.
(*)