Find Us On Social Media :

Berhasil Diduduki Rusia, Kota yang Kini Dipenuhi Ribuan Jasad Manusia Ini Tak Punya Air Minum Karena Terkontaminasi, Wabah Lama Hantui Masyarakatnya, Tapi Begini Tanggapan Rusia

By May N, Rabu, 8 Juni 2022 | 08:09 WIB

Konvoi tentara Rusia memasuki kota Mariupol, Ukraina

Intisari - Online.com - Di Mariupol, kota pelabuhan selatan Ukraina itu kini sudah dalam kependudukan Rusia, dan ketakutan beralih dari awalnya pengeboman tanpa henti sampai rusaknya kondisi sanitasi.

Pasalnya, limbah manusia mengkontaminasi saluran air minum dan ketakutan wabah kolera pun menyebar.

Senin lalu, salah seorang pejabat lokal kota yang diasingkan menyebut pejabat Rusia kini mengendalikan Mariupol.

Mereka mempertimbangkan menerapkan karantina di kota tersebut, di mana mayat-mayat yang terdekomposisi dan sampah-sampahnya mengkontaminasi air minum masyarakat, memberi risiko besar menyebarnya kolera dan penyakit lain, seperti dilansir dari CNN International.

"Ada pembicaraan mengenai karantina. Kota sedang ditutup dengan diam-diam," ujar laksamana penasihat Petro Andriushchenko, sumber informasi terpercaya dari warga yang tetap tinggal di kota itu.

"Kota ini benar-benar dipenuhi mayat di mana-mana," ujar Andriushchenko di televisi nasional.

"Mayat-mayat itu ditumpuk. Para pasukan yang menduduki kota ini tidak bisa terus-terusan mengubur mayat-mayat ini bahkan dalam pemakaman massal. Tidak ada kapasitas memadai bahkan untuk ini."

Sementara itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan peringatan mengenai potensi wabah kolera di Mariupol dan telah menyiapkan vaksin di Dnipro, tapi tidak jelas bagaimana vaksin itu bisa sampai ke warga.

Kolera adalah sebuah infeksi yang menyebabkan diare akut, terkait dengan akses tidak memadai terhadap air bersih dan membunuh puluhan ribu manusia di dunia setiap tahunnya, menurut WHO.

Dr. Dorit Nitzan, direktur gawat darurat WHO Eropa, yang mengunjungi Ukraina bulan lalu, mengatakan bahwa situasi higienis di Mariupol merupakan kondisi yang buruk.

"Kami mendapatkan informasi bahwa ada rawa di jalanan, dan air septictank dan air minum tercampur," ujar Dr. Nitzan pada 17 Mei di ibu kota Kyiv.

Andriushchenko mengatakan "sulit untuk menentukan" betapa mengerikannya situasi di Mariupol, dengan sumber air di kota berkurang bersamaan dengan bulan yang lebih hangat datang dan evakuasi Rusia berhenti dalam waktu yang sama.