Penulis
Intisari-Online.com -Indeks harga pangan internasional Organisasi Pangan dan Pertanian PBB menunjukkan bahwa antara April 2020 dan April 2022, harga pangan global naik lebih dari 60%.
Peningkatan terjadi sebagian besar sebelum Februari 2022, ketika Rusia meluncurkan operasi militernya di Ukraina.
Dalam jangka waktu empat tahun dari 2016 hingga 2020, indeks tumbuh kurang dari 7 poin, tetapi meningkat sebesar 27 poin, dari 98,1 menjadi 125,7, pada 2020-21.
Setelah tahun kedua pandemi, indeks berada di 141,1.
Sejak operasi militer Rusia dimulai, indeks telah meningkat sebanyak 17 poin.
“Kenaikan harga yang begitu besar, tidak terjadi karena satu alasan," kataMaksim Oreshkin, penasihat ekonomi Presiden Rusia Vladimir Putin,sebagaimana diwartakan RT.com, Jumat (3/6/2022).
"Itu pasti kombinasi dari beberapa faktor” Oreshkin, menteri pembangunan ekonomi Rusia dari 2016 hingga 2020, mengatakan.
Dia menunjuk reaksi berlebihan Amerika terhadap pandemi Covid-19 sebagai salah satu faktor utama pertama yang memicu kenaikan harga pangan.
Sejak Februari 2020, AS meningkatkan jumlah edar uangnya hingga 40% dan menyebabkan kenaikan harga pangan energi.
Ketergantungan Eropa yang berlebihan pada sumber energi terbarukan, yang menjauhkan sumber daya dari produksi pangan, dan pada kontrak gas jangka pendek yang menyebabkan kenaikan harga gas pada akhir 2021, juga signifikan, menurut Oreshkin.
Pada awal Mei, Menteri Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan Jerman Svenja Schulze mengatakan bahwa fokus beberapa negara pada energi hijau berkontribusi pada kekurangan pangan.
Menurut Schulze, hingga 4% biofuel di Jerman dibuat dari makanan dan pakan ternak.
“Itu perlu dikurangi menjadi nol, dan tidak hanya di Jerman tetapi secara internasional,” katanya kepada Bild saat itu.
Oreshkin mengatakan faktor-faktor ini juga menyebabkan penurunan produksi pupuk, sehingga memukul panen dan mendorong kenaikan harga pangan.
Gelombang sanksi yang dikeluarkan oleh AS dan sekutunya di Moskow setelah dimulainya operasi militer di Ukraina secara signifikan memperburuk krisis ini.
Jadi, krisis pangan global yang meningkat drastis tidak hanya disebabkan konflik Rusia-Ukraina.
Sebagaimana yang disebutkanOreshkin,serangkaian kesalahan kebijakan Washington dan Jerman menurutnya yang bertanggungjawab.
(*)