Penulis
Intisari-online.com - Rusia dikenal memiliki berbagai peralatan militer termasuk di antaranya senjata nuklir.
Meski tidak ada tanda-tanda Rusia akan menggunakannya, kabar terbaru mengatakan Rusia tengah menguji coba senjata buatan mereka tersebut.
Senjata yang dimaksud tersebut adalah rudal balistik yang membawa hulu ledak nuklir.
Kementerian Pertahanan Rusia mengkonfirmasi bahwa lebih dari 1.000 prajurit Rusia berpartisipasi dalam latihan.
Dengan lebih dari 100 kendaraan militer, termasuk rudal balistik antarbenua berujung nuklir Yars.
Kantor berita Interfax pada (1/6) mengutip pengumuman Kementerian Pertahanan Rusia yang mengatakan bahwa lebih dari 1.000 tentara dan 100 senjata mekanik militer dikerahkan.
Untuk berpartisipasi dalam manuver di sepanjang rute pertempuran di negara bagian Ivanovo, sekitar 300 km timur Moskow.
Menurut militer Rusia, peluncur bergerak dari sistem rudal balistik antarbenua (ICBM) berujung nuklir RS-24 Yars hadir di latihan tersebut.
"Tentara berlatih memindahkan rudal ke medan pertempuran, berbaris lebih dari 100 km, membubarkan pasukan dan mengorganisir kamuflase, berpatroli untuk memastikan keamanan senjata," kata pernyataan militer Rusia.
Yars, model ICBM Rusia terkenal yang sering muncul di Lapangan Merah selama parade merayakan Hari Kemenangan melawan Nazisme pada 9 Mei, adalah generasi utama rudal pencegah di gudang senjata militer Rusia.
Model rudal ini ditingkatkan dari generasi ICBM Topol-M, pertama kali diuji pada 2007.
Sputnik mengatakan, Yars menggunakan bahan bakar padat, panjang 18m, lebar 1,86m, dengan jangkauan lebih dari 10.000 km.
Setiap rudal dapat membawa 3 hingga 6 hulu ledak independen revolving ton (MIRV), dengan hasil 150 hingga 500 kiloton (10 hingga 30 kali lebih banyak dari bom AS yang dijatuhkan di Hiroshima).
Latihan kekuatan nuklir Rusia berlangsung dalam konteks ketegangan antara Moskow dan Barat yang terus meningkat belakangan ini.
Namun, Moskow tidak menyebut ketegangan dan situasi militer di Ukraina selama latihan tersebut.
Bulan lalu, Wakil Ketua Dewan Keamanan Nasional Rusia Dmitry Medvedev mengatakan bahwa pasokan senjata Barat ke Ukraina dapat meningkatkan risiko konflik langsung antara Moskow dan NATO.
Skenario ini bisa meningkat menjadi perang nuklir, Medvedev memperingatkan.