Find Us On Social Media :

Kisah Nyai Dasima: Gundik Serdadu Belanda yang 'Beken' di Batavia, Sistem Pergundikan Jadi Akar Praktik 'Kumpul Kebo'

By Muflika Nur Fuaddah, Kamis, 26 Mei 2022 | 14:59 WIB

(Ilustrasi) Nyai Dasima, Gundik meneer Edward William Zaman Batavia

Intisari-Online.com - Seperti bangsa Eropa lainnya, faktor kedatangan Belanda ke Indonesia pada akhir abad ke-16 adalah untuk mencari rempah-rempah.

Kekayaan rempah-rempah yang dimiliki Indonesia kemudian memicu persaingan antara Belanda dengan bangsa Eropa lain yang lebih dulu sampai di kepulauan nusantara.

Bahkan, ambisi mereka untuk menguasai rempah-rempah juga menimbulkan persaingan antarkelompok atau kongsi dagang dalam satu bangsa.

Hal inilah yang kemudian menjadi latar belakang berdirinya kongsi dagang VOC (Vereenidge Oost Indische Compagnie).

Sejak Jan Pieterszoon Coen mulai mendirikan kastil di pinggiran Sungai Ciliwung untuk kemudian membangun kota bernama Batavia di awal abad ke-17, sejak itulah keberadaan budak mulai tumbuh.

Semula hanya digunakan sebagai tenaga kerja.

Namun, kemudian budak menjadi penakar status sosial bagi pejabat VOC.

Maka sistem perdagangan budak pun berkembang, calo budak pun menjamur.

Keberadaan budak perempuan ikut menghidupkan, bahkan menyuburkan, praktik kumpul kebo di Batavia.

Seperti sudah pernah ditulis sebelumnya, sistem pergundikan jadi cikal bakal prostitusi.

Kasus cinta gelap serta dunia per-nyai-an muncul dan terus berkembang.

Thomas B Ataladjar dalam Toko Merah Saksi Kejayaan Batavia Lama di tepian Muara Ciliwung menyebutkan, kata nyai berkonotasi lain di masa kompeni, khususnya di zaman para meneer kumpeni berkuasa karena punya arti gundik, selir, atau wanita peliharaan pria Belanda.