Penulis
Intisari-Online.com - Ketika perang Rusia dan Ukraina pecah, banyak negara yang ingin mengetahui bagaimana tindakan China.
Mengingat China adalah sekutu terbesar Rusia dan salah satu negara militer terkuat di dunia.
Selain itu, China juga membenci Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
Namun lebih dari bulan perang Rusia dan Ukraina berlalu, China tidak melakukan apa-apa.
Tidak menghukum Rusia, tidak juga mendukung Rusia. Apakah China membantu AS dan sekutunya?
Jawabannya tidak.
Dilansir dari express.co.uk pada Kamis (26/5/2022), China telah menolak untuk bergabung dengan negara-negara Barat yang mengutuk invasiRusia ke Ukraina.
Bahkan China telah menyatakan "persahabatan tak terbatas" dengan Kremlin.
Namun,China juga mengatakanbahwa mereka "bukan pihak" yang berusaha menghindari dampak invasi pada bulan Maret.
Profesor Tsang, yang mengepalai SOAS, Institut China Universitas London, mengatakan bahwa perang Ukraina tidak secara mendasar mengubah hubungan antara negara-negara Barat dan Beijing.
Dia menambahkan bahwa Presiden China masih sama seperti dulu terhadap sikap AS dan Inggris.
Di mana dia dengan kuat berpegang pada gagasan bahwa Beijing selalu perlu bersiap dan mendahului.
Namun, pemerintah China memang takut konsekuensi sanksi Barat yang dilontarkan ke Moskow atas perang tersebut.
Inilah yang memicu kewaspadaan besar di Beijing.
Profesor Tsang berpendapat bahwa Beijing benar-benar terkejut oleh kesatuan negara-negara Barat.
"Pemberian sanksi ekonomi, khususnya kebebasan cadangan devisa Rusia, benar-benar menyebabkan alarm besar di Beijing."
Sanksi ini mengubah persepsi China tentang persatuan Barat, Profesor Tsang menekankan.
“Apa yang telah berubah adalah skala sanksi yang sekarang dilihat oleh Presiden Xi dan Pemerintah China oleh Barat."
“Mereka tidak pernah berpikir hal seperti itu bisa dilakukan."
“Mereka tidak pernah mengira Barat yang melemah benar-benar dapat merespons dengan cara yang kuat."
Persahabatan antaraChina dan Rusiamemang tidak memiliki batas. Termasuk pada bidang kerja sama yang 'terlarang'."
Tetapi ketika perang terus berlanjut, kelompok ekonomi kaya G7 meminta China untuk “dengan tegas” menyarankan Kremlin untuk menghentikan invasi mereka.
“Kami mendorong China untuk mendukung, sesuai dengan hukum internasional, kedaulatan dan kemerdekaan Ukraina dan integritas perbatasannya yang diakui secara internasional dan dengan tegas mendesak Rusia untuk menghentikan agresi militernya terhadap Ukraina.”
China juga mengakui bahwa ekonominya sudah menderita akibat kebijakan nol-Covid.
Jika sampai mereka juga terkena sanksi ekonomi dari Barat, maka ini bisa membahayakan ekonomi China.