Minum Anggur Banyak-banyak dan Bisa 'Lakukan Hal Ini' di Kedai Minuman, Beginilah Kehidupan Sesungguhnya Para Wanita Dinasti Tang di Puncak Peradaban China

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

(Ilustrasi) Kehidupan wanita Dinasti Tang

Intisari-Online.com - Dinasti Tang adalah salah satu dinasti kekaisaran terbesar yang pernah berkuasa dalam sejarah China.

Periode pemerintahannya dipandang sebagai masa keemasan reformasi dan kemajuan budaya. Pencapaian lain dinasti ini dapat dilihat dari wilayah kekuasaannya, yang dapat menyaingi Dinasti Han.

Para sejarawan pun menganggap Dinasti Tang sebagai puncak peradaban China yang pengaruhnya dapat dirasakan hingga saat ini.

Dinasti Tang berkuasa selama hampir tiga abad, yakni antara 618-907 M, dan pemerintahannya sempat terputus antara 690-705 M.

Setelah dinasti ini mengalami keruntuhan, kekuasaannya digantikan oleh Dinasti Sung (960-1234 M).

Wanita Dinasti Tang beruntunghidup pada masa yang ditandai dengan pikiran terbuka dan ide-ide liberal.

Mereka juga punyakesempatan untuk belajar sejarah, politik, dan keterampilan militer.

Putri Pingyang bahkan memimpin pertempuran dan memimpindetasemen wanita untuk membantu ayahnya, Kaisar Gaozu hingga Dinasti Tang didirikan.

Lalu juga adaTaiping, putri Kaisar Gaozong, dia dua kali menekan pemberontakan di dalam istana kekaisaran pada saat-saat kritis.

Wanita dari keluarga kerajaan juga tidak tunduk pada batasan perkawinan.

Dari masa pemerintahan Kaisar Gaozong hingga Kaisar Suzong pada awal dan pertengahan Dinasti Tang, seluruhnya ada 98 putri, 61 di antaranya menikah, 24 di antaranya menikah 2 kali, dan ada empat orang yang menikah tiga kali.

Kecenderungan ini menggoyahkan dasar-dasar etika feodal tradisional.

Hidup dalam lingkungan sosial yang santai, dan memiliki status sosial yang mandiri, membuat wanita Tangyang berpendidikan tinggi jelas sangat berbeda dengan wanita-wanita dari dinasti sebelumnya.

Mereka bisa minum anggur banyak-banyak, bernyanyi dengan keras di kedai minuman; berpacu melalui pinggiran kota danbahkan bersaing dengan pria di lapangan polo.

Di Dinasti Tang, perempuan melakukan kegiatan sosial dan menjalankan bisnis secara mandiri.

Mereka bahkan membedakan diri mereka sendiri dalam arena politik, contoh utama adalah Permaisuri Zhangsun - permaisuri paling berbudi luhur di China.

Keruntuhan Dinasti Tang

Zaman keemasan Dinasti Tang berakhir sejalan dengan kemunduran Kaisar Xuanzong.

Pada akhir kekuasaannya terdapat Pemberontakan An Lushan yang membuat negara menjadi kacau balau.

Setelah kematian Kaisar Xuanzong, Dinasti Tang terus mengalami kemunduran karena penerusnya tidak cakap dalam menjalankan pemerintahan.

Memasuki abad ke-9, dinasti ini dipenuhi oleh intrik istana yang disebabkan oleh konspirasi dari para kasim.

Kondisi kekaisaran yang tidak stabil kemudian berimbas pada keadaan rakyat.

Kekacauan terus merajalela di mana para anggota geng mulai merampok dan membantai banyak rakyat jelata.

Selain itu, timbul sejumlah pemberontakan yang semakin melemahkan Dinasti Tang.

Dinasti Tang akhirnya runtuh pada 907, setelah Zhu Wen, seorang komandan militer, menjatuhkan kaisar yang terakhir dan mengklaim takhta kekaisaran.

Zhu Wen kemudian menyatakan dirinya sebagai Kaisar Taizu, kaisar pertama dari Dinasti Hou Liang.

Baca Juga: Tak Memiliki Darah Orang China, Kubilai Khan Justru Disebut Sebagai Raja Paling Bijaksana di China Bahkan Pemimpin Terbesar di Asia, Begini Caranya Memerintah Cina

(*)

Artikel Terkait