Penulis
Intisari-Online.com - Sistem pertahanan udara S-300 merupakan senjata buatan Soviet/Rusia, yang seperti sistem Patriot buatan AS, adalah unit peluncur radar dan rudal berbasis darat.
Senjata yang sepenuhnya otomatis ini dapat mendeteksi, melacak, dan menembak di beberapa ancaman udara yang masuk pada jarak jauh.
Itu bekerja melalui sistem radar pengawasan jarak jauh yang melacak objek pada jarak 300 km dan menyampaikan informasi ke kendaraan komando yang memilih target.
Dalam waktu lima menit setelah berhenti, kendaraan peluncuran terpisah dapat disiapkan untuk meluncurkan hingga 12 rudal secara bersamaan, untuk enam target.
MelansirKompas.com, pekan laluRusia dilaporkan menembaki jet-jet tempur Israel dengan rudal anti-pesawat S-300 canggih di Suriah.
Laporan tersebut diwartakan oleh Channel 13 pada Senin (17/5/2022).
Penembakan itu dilakukan setelah jet-jet tempur Israel menyerang target di barat laut Suriah.
Menurut laporan tanpa sumber, insiden yang belum pernah terjadi sebelumnya terjadi pada Jumat (13/5/2022) malam waktu setempat, ketika angkatan udara Israel mengebom beberapa sasaran di dekat Masyaf di barat laut Suriah.
Sedikitnya lima orang tewas dan tujuh terluka dalam serangan udara dari Israel, lapor kantor berita pemerintah Suriah, sebagaimana dilansir The Times of Israel.
Masyaf diperkirakan digunakan sebagai pangkalan bagi pasukan Iran dan milisi pro-Iran.
Daerah tersebut telah berulang kali menjadi sasaran dalam beberapa tahun terakhir dalam serangan yang dikaitkan dengan Israel.
Militer Suriah kerap menembakkan puluhan rudal anti-pesawat, namun sebagian besar tidak efektif menghentikan ratusan serangan Israel di Suriah dalam beberapa tahun terakhir.
Namun kali ini, S-300 juga melepaskan tembakan saat jet-jet tempur Israel meninggalkan area tersebut, kata Channel 13.
Laporan tersebut mencatat bahwa S-300 tersebut dioperasikan oleh militer Rusia dan tidak dapat ditembakkan tanpa persetujuan mereka.
Laporan itu menambahkan, radar S-300 tidak berhasil mengunci jet-jet tempur Israel dan dengan demikian tidak memberikan ancaman serius.
Jika laporan tersebut dikonfirmasi, itu akan menjadi penggunaan pertama S-300 terhadap angkatan udara Israel di Suriah.
Selain itu, insiden tersebut juga akan menjadi perkembangan yang mengkhawatirkan bagi Israel, yang telah melakukan ratusan serangan udara di dalam wilayah Suriah.
Israel jarang mengakui atau membahas operasi semacam itu dan tidak ada konfirmasi serangan atau peluncuran S-300 dari militer Israel.
Laporan dari Channel 13 menyebutkan, masih belum jelas apakah tembakan rudal S-300 tersebut merupakan peristiwa satu kali atau apakah itu sinyal Rusia kepada Israel bahwa mereka mengubah kebijakannya.
Laporan itu muncul di tengah memburuknya hubungan antara Israel dan Rusia atas invasi ke Ukraina.
Israel telah mencoba berada di tengah di garis tipis antara Moskwa dan Kyiv.
Namun, baru-baru ini Israel menjadi lebih kritis terhadap Rusia saat muncul bukti tentang kekejaman Rusia dan retorika antisemit yang berkembang dari para pemimpin Rusia.
Rusia, sekutu dekat Presiden Suriah Bashar Al Assad, memiliki pasukan yang berbasis dan beroperasi di Suriah.
(*)