Selain itu, Ibrahim juga memiliki fetish bulu, menghiasi pakaian, gorden, dinding, dan perabotannya dengan itu.
Bantalnya diisi dengan bulu, dan dia suka berhubungan seks dengan bulu musang.
Suatu kali Sultan Gila melihat putri cantik Mufti Agung, otoritas agama tertinggi kekaisaran, dan memintanya untuk menikah.
Ayahnya, yang menyadari kebejatan Ibrahim, mendesak putrinya untuk menolak.
Itu membuat Sultan Gila memerintahkan sang putri diculik dan dibawa ke istananya, di mana dia memperkosanya selama berhari-hari, sebelum mengembalikannya ke ayahnya.
Ibrahim akhirnya mengasingkan ibunya dan mulai menjalankan pemerintahan sendiri, dengan hasil yang membawa malapetaka.
Setelah mengeksekusi menterinya yang paling cakap, Sultan Gila mulai membelanjakan uangnya seperti orang gila.
Dia akhirnya mengosongkan perbendaharaan dan memasukkan dirinya ke dalam serangkaian perang yang menghancurkan. Di antara pajak yang berat, perang yang salah urus, dan blokade Venesia yang membuat ibu kota Utsmaniyah kelaparan, sehingga ketidakpuasan memuncak.
Pada tahun 1648, pemberontakan rakyat pecah, dan massa yang marah mencabik-cabik Wazir Agung Ibrahim. Ibrahim digulingkan demi putranya yang berusia 6 tahun.
Ibu Ibrahim, Kosem Sultan, mendukung pencopotan putranya dari kekuasaan tetapi dengan syarat ia tidak akan dibunuh, melainkan dipenjarakan sekali lagi di Kafe.
Tetapi, itu tidak terkabul. Sebuah fatwa kemudian dikeluarkan untuk mengeksekusi Sultan Gila, yang dilakukan dengan cara dicekik 18 Agustus 1648.
Sebelum dieksekusi, Ibrahim sempat menghabiskan menghabiskan 10 hari meratap di Kafe, tempat sebelumnya ia telah dikurung.
Baca Juga: Jangan Digosok Spons Kawat! Begini 5 Cara Mudah Membersihkan Wajan Gosong hingga Kembali Mengkilat
(*)