Sempat Longgarkan Ukraina Gabung Uni Eropa, Rusia Mendadak Rewel Sampai Kecam Uni Eropa Sampai Ancam Hal Mengerikan Ini Jika Biarkan Ukraina Gabung UE, Ini Penyebabnya

Afif Khoirul M

Penulis

(Ilustrasi) Senjata nuklir Rusia

Intisari-online.com - Sebelumnya Rusia sempat memberikan satu syarat agar bisa berdamai dengan Ukraina.

Salah satunya Rusia mengizinkan Ukraina untuk bergabung dengan Uni Eropa.

Namun dengan syarat, Ukraina harus netral dan tidak memihak pada siapapun, serta melepaskan harapannya bergabung dengan NATO.

Meski sudah menerima syarat tersebut, dan Rusia sempat memberi kelonggaran Ukraina untuk bergabung ke Uni Eropa.

Belakangan ini, Rusia justru mengecam Uni Eropa jika sampai mengizinkan Ukraina bergabung.

Menurut, kantor berita RT melaporkan pada (14/5), Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Glushko memperingatkan.

Bahwa keputusan UE untuk memulai prosedur aksesi Ukraina akan berarti akhir dari blok yang beranggotakan 27 orang ini.

"Ukraina saat ini adalah, negara di bawah kepemimpinan kelompok-kelompok ekstremis dan dengan ide-ide fasisme, yang tidak sesuai dengan nilai-nilai yang dianut Eropa," kata Glushko kepada wartawan.

Baca Juga: Diklaim Sebagai yang Paling Berbahaya, Perang Hibrida yang Muncul dalam Konflik Rusia-Ukraina Ternyata Pernah Bikin Israel Jadi Musuh Dunia, Wajahnya Tercoreng

"Ini adalah akhir dari UE, dan pada saat yang sama menunjukkan bahwa UE tidak mengejar nilai yang sama seperti sebelumnya, tetapi sepenuhnya didominasi oleh faktor geopolitik", menurut Menteri Luar Negeri Rusia.

Uni Eropa baru-baru ini mengambil langkah-langkah untuk mempercepat keanggotaan awal blok tersebut setelah Rusia melancarkan operasi militer di Ukraina pada (24/2).

Pemerintahan Presiden Volodymyr Zelensky telah mengirimkan kuesioner keanggotaan ke UE.

Komisi Eropa diharapkan untuk mengomentari masalah ini pada bulan Juni tahun ini.

Awalnya, Rusia menyatakan tidak keberatan dengan aksesi Ukraina ke UE karena sifatnya berbeda dengan bergabungnya Kiev dengan NATO, sebagai aliansi militer.

Tetapi pada (13/5), Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov mengumumkan bahwa Moskow telah mengubah posisinya dalam masalah ini.

Langkah-langkah UE baru-baru ini terkait dengan konflik di Ukraina, termasuk memasok senjata ke Kiev dan mempromosikan solusi militer.

Menunjukkan bahwa blok itu sedang dalam proses berintegrasi dengan NATO dan di masa depan dapat berfungsi hanya sebagai perpanjangan NATO, menurut Lavrov.

Artikel Terkait