Find Us On Social Media :

Bak Mengumpulkan Kembali Pecahan Uni Soviet, Benarkah Negara Kecil Ini Bakal Jadi Incaran Rusia Selanjutnya Setelah Ukraina, Terkuak Fakta Ini Jadi Alasannya

By Tatik Ariyani, Kamis, 28 April 2022 | 14:52 WIB

Presiden Rusia Vladimir Putin

Intisari-Online.com - Invasi Rusia di Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022 lalu telah memasuki bulan ketiga.

Dua bulan setelah menginvasi Ukraina, Rusia mengatakan tujuannya beralih mengontrol penuh atas wilayah Donbass di timur serta selatan negara itu.

Masih belum diketahui apa sarana militer yang akan dikerahkan Moskwa dalam fase kedua invasi di Ukraina ini, dan tujuan jangka menengah serta panjang apa yang dikejarnya.

Rusia tampaknya telah belajar beberapa hal dalam target dan taktik dari kesulitannya selama minggu-minggu pertama perang Ukraina, melawan musuh yang jelas-jelas diremehkan.

Tak hanya itu, Rusia juga dituduh akan menginvasi negara kecil ini.

Rusia telah dituduh menciptakan "dalih" untuk invasi di Moldova - seperti yang dikatakan para ahli Moskow ingin membuat Kekaisaran Soviet yang baru.

Saat ini, Moldova telah memperingatkan dugaan serangan terhadap sebuah bangunan di wilayah separatis Transnistria adalah bagian dari upaya untuk mengobarkan ketegangan - dan menciptakan alasan untuk konflik lebih lanjut, melansir Express.co.uk, Rabu (27/4/2022).

Menurut outlet media pemerintah Rusia TASS, "serangkaian ledakan" terjadi di Kementerian Keamanan Negara di Tiraspol, ibu kota Transnistria yang memproklamirkan diri.

Mengisyaratkan invasi ke Moldova, Rusia mengatakan "ingin menghindari" intervensi di wilayah yang memisahkan diri itu.

Mayor Jenderal Rusia Rustam Minnekaye mengatakan "kontrol atas selatan Ukraina adalah jalan keluar lain ke Transnistria".

Ini memiliki 1.500 tentara yang ditempatkan di wilayah Moldova.

Anggota parlemen konservatif Andrew Bridgen, yang mewakili North West Leicestershire, mengatakan tentang upaya untuk menciptakan "dalih" untuk invasi: "Ini adalah rencana Putin dan sesuatu yang telah saya peringatkan sejak invasi ke Ukraina dimulai."