Jadi Selir Kesayangan Kaisar Jiajing, Akhir Hidup Selir Dinasti Ming Ini Malah Tragis, Dieksekusi dengan Cara Mengerikan, Terbongkar Belakangan Bahwa Kematiannya Sia-sia

Khaerunisa

Penulis

Ilustrasi selir Duan.

Intisari-Online.com - Pemberontakan Istana Renyin, merupakan salah satu peristiwa besar yang terjadi pada masa pemerintahan Kaisar Jiajing dari Dinasti Ming.

Kekejaman Kaisar Jiajing menyebabkan plot internal oleh para selir dan pelayan istana untuk membunuhnya pada bulan Oktober 1542 dengan mencekiknya saat dia tidur.

Pengejaran Kaisar Jiajing akan kehidupan abadi membuatnya percaya pada salah satu ramuan untuk memperpanjang hidupnya. Salah satu bahan dari ramuan itu konon adalah darah menstruasi perawan.

Kaisar pun memaksa pelayan istana muda yang akan 'dipanen' untuk membatasi makanan mereka, sehingga mereka hanya boleh mengonsumsi mulberi dan embun atau air hujan.

Tugas berat itu dilakukan tanpa henti bahkan ketika pelayan istana jatuh sakit, sementara setiap peserta yang tidak mau dieksekusi atas perintah Kaisar.

Maka, kekejamannya itu membuat sekelompok pelayan istana muak dan memutuskan untuk bersatu demi membunuhnya

Pemberontakan tersebut gagal dan semua selir yang terlibat dijatuhi hukuman mati dengan cara mengerikan, termasuk selir Duan.

Namun malang bagi selir Duan, karena baru terungkap kemudian bahwa selir kesayangan raja itu tidak terlibat.

Baca Juga: Baru Naik Takhta Sudah 'Makan' Ratusan Nyawa, Inilah Kaisar Jiajing yang Kejam dan Tak Mau Urusi Negara, Jarang Ada Orang yang Pernah Melihatnya

Baca Juga: Ini Penjelasan Peran Indonesia Sebagai Produsen, Distributor, dan Konsumen di ASEAN

Melansir peoplepill, Selir Duan adalah selir Dinasti Ming dari Kaisar Jiajing. Dia adalah salah satu selir kaisar yang paling dicintai.

Dia lahir sebagai putri seorang pejabat di Wuxi, Provinsi Jiangsu modern. Tidak diketahui kapan dia memasuki Istana Ming, tetapi dia awalnya bernama Lady Cao.

Pada tahun 1536, Lady Cao melahirkan putri pertama kaisar, Shouying. Pada tahun yang sama, ia dipromosikan menjadi Selir Kekaisaran Duan dan ayahnya diangkat menjadi anggota Jinyiwei dengan wewenang lebih dari 1.000 rumah tangga.

Setelah bulan pertama kelahiran putrinya, kaisar mengadakan pesta mewah untuk merayakannya.

Pada tahun 1537, Selir Kekaisaran Duan dipromosikan menjadi Selir Duan. Ia melahirkan putri ketiga kaisar pada tahun 1539, Luzhen.

Pada tahun 1542, ketika peristiwa pemberontakan para selir terjadi, kaisar tengah tinggal di kediaman Permaisuri Duan ini.

Sekelompok wanita istana berpura-pura menunggu Kaisar Jiajing di sana, sementara mereka mengikatkan tali di lehernya dan berusaha mencekiknya.

Ketika para selir itu gagal membunuh kaisar, seorang wanita istana bernama Zhang Jinlian memberi tahu Permaisuri Fang tentang apa yang terjadi.

Para kasim istana pun menghidupkan kembali kaisar dan menangkap para wanita istana.

Baca Juga: Ini Penjelasan Peran Indonesia Sebagai Produsen, Distributor, dan Konsumen di ASEAN

Setelah serangan itu, Kaisar Jiajing tidak mampu berbicara, sehingga Permaisuri Fang memerintahkan para wanita istana dieksekusi.

Karena serangan telah terjadi di istana Selir Duan, maka permaisuri memutuskan bahwa dia telah berkonspirasi dengan para wanita istana.

Hukuman mati pun dijatuhkan kepada selir Duan, eksekusi dilakukan dengan cara mengiris perlahan di pasar.

Tubuhnya kemudian ditampilkan, di samping Selir Kekaisaran Ning dan wanita istana lainnya.

Sepuluh anggota keluarga perempuan juga dipenggal, sementara 20 lainnya diperbudak dan diberikan kepada menteri.

Namun, setelah eksekusi itu baru kemudian ditentukan bahwa Permaisuri Duan tidak terlibat. Meski begitu dia tidak diberikan gelar anumerta.

Dia di makamkan di Zhaosi Hall, sebuah situs lindung tingkat nasional dekat Shuofang di Area Baru Wuxi, yang dimiliki oleh ayah Selir Duan.

Sebuah gapura di dekatnya dibangun dengan gaya peringatan kekaisaran, tetapi tidak memiliki prasasti.

Penduduk setempat melaporkan adanya gundukan kuburan di dekat lengkungan yang telah diratakan dan, karena cedar terdengar mirip dengan kata dialek lokal untuk anak perempuan, gapura secara populer diyakini telah didirikan oleh Cao untuk mengenang putrinya.

Baca Juga: Dimakamnya Tertulis ‘Wanita yang Berbudi Luhur’, Inilah Kisah Ratu Zhuang Fanji, Istri Raja Zhuang dari Kerajaan Chu, Saking Tidak Pernah Cemburu, Bahkan Carikan Selir Tambahan untuk Raja

(*)

Artikel Terkait