Find Us On Social Media :

Karena Harga Gula Mahal, Dulunya Permen Hanya Dimakan oleh Bangsawan

By K. Tatik Wardayati, Jumat, 4 Mei 2018 | 15:30 WIB

 

Intisari-Online.com – Sejak masih hidup di gua-gua, manusia sudah punya satu kebiasaan yang masih dilakukan keturunannya sekarang.

Sambil mengisi waktu senggang, mulut mereka sering iseng kepingin mengulum makanan yang manis.

Karena belum ada tukang jualan permen, mereka pun cukup mengulum madu.

Kebiasaan ini terus berlanjut hingga zaman Mesir kuno, 3.500 tahun lalu. Perkembangan selanjutnya, madu mulai dicampur dengan buah-buahan dan kacang.

Campuran semacam ini juga ada di "permennya" bangsa Arab dan Cina yang juga terbuat dari madu.

Baca juga: Taksi Ini Sediakan Permen Hingga Minuman Gratis, Sang Sopir Tak pernah Rugi

Selain bahan manis bikinan lebah itu, belakangan orang mulai senang mengisap air tebu, yang dalam bahasa Arab disebut qandi.

Nama ini yang kemudian diserap bangsa Italia kuno menjadi zucchero candi, kemudian sucre candi (Prancis), dan belakangan orang Inggris menyebutnya sugar candy alias permen.

Teknik membuat permen dengan cara memanaskan gula dengan air juga mulai dikembangkan di Inggris dan negeri-negeri koloninya.

Pada suhu pemanasan yanga tinggi akan dihasilkan permen keras. Kalau suhu  pemanasannya agak dingin, hasilnya lebih empuk. Persis seperti cara yang dipakai sekarang.

Karena dalam pembuatannya butuh banyak gula yang ketika itu harganya mahal, kembang gula alias permen hanya dikulum orang-orang kaya atau kaum bangsawan.

Baru menjadi jajanan rakyat kebanyakan, ketika pabrik-pabrik permen muncul di Amerika Serikat pada abad ke-19.

Pada awal 1800-an saja, sudah ada 380 pabrik di negeri Paman Sam yang memproduksi gula-gula warna-warni yang disebut penny candy. Hmm, benar-benar bisnis yang manis.

Selain berwarna-warni, permen yang dicampur cokelat atau kita sebut permen cokelat juga ikut berkembang.

Cokelat dari tanaman kokoa sebenarnya sudah dikonsumsi di kebudayaan Indian Maya tahun 250 SM sebagai minuman.

Para pelaut Spanyol yang kemudian membawanya ke Eropa, dan baru pada 1502 cokelat dinikmati orang Eropa.