Penulis
Intisari - Online.com -Program Lend-Lease diluncurkan oleh Sekutu dalam rangka memberi bantuan skala besar kepada Uni Soviet pada Perang Dunia II.
Mengutip Wikipedia, Lend-Lease atau yang secara resmi dikenal sebagai An Act to Promote the Defense of the United States adalah program di mana AS menyuplai Inggris dan Persemakmuran Inggris, Perancis, Republik Rakyat China, dan Uni Soviet serta negara-negara Sekutu lain dengan makanan, minyak dan bantuan lain antara 1941-1945.
Utang ini diberikan dengan dasar bahwa bantuan itu penting untuk pertahanan AS.
Bantuan melibatkan kapal dan pesawat perang, bersama dengan persenjataan lain.
Utang ditandatangani pada 11 Maret 1941 dan berakhir pada 20 September 1945.
Secara umum, bantuan itu gratis, walaupun beberapa peralatan keras seperti kapal dikembalikan setelah perang.
AS mendapatkan kemudahan pinjaman pangkalan angkatan darat dan angkatan laut di wilayah Sekutu selama perang.
Sementara itu dari pihak Soviet, diperkirakan bantuan mencapai tujuh persen dari jumlah kapasitas produksi keseluruhan Uni Soviet.
Peran kerja sama ekonomi dengan Amerika Serikat, Inggris, dan Kanada tak bisa diremehkan, seperti disampaikan oleh Oleg Budnitsky, Direktur Pusat Sejarah dan Sosiologi Perang Dunia II dan Konsekuensinya dari Higher School of Economics.
Berdasarkan nilai tukar dolar pada 2022, dengan tingkat inflasi yang disesuaikan, jumlah bantuan tersebut mencapai 223 miliar dolar AS.
Bantuan itu cukup krusial dalam beberapa area kunci.
Misalnya, pada awal 1942 tank Barat menggantikan seluruh tank Soviet yang hancur dalam perang, bahkan dalam jumlah tiga kali lipat.
Sekitar 15 persen pesawat yang digunakan oleh Angkatan Udara Soviet dipasok oleh Sekutu, termasuk pesawat tempur Airacobra dan pesawat pengebom Boston.
Sekutu juga memasok 15 ribu mesin canggih pada masa itu. Alexander Pokryshkin, pilot Soviet yang tersohor, terbang menggunakan Airacobra, begitu pula seluruh anggota skuadronnya.
Pokryshkin berhasil menembak jatuh 59 pesawat musuh, dan 48 di antaranya berkat peralatan militer Amerika.
Kerja sama ini juga melibatkan penyediaan bahan bakar pesawat terbang, saat itu ternyata Uni Soviet tidak mampu memproduksi bahan bakar dengan angka oktan yang tinggi.
Bahan bakar itu memang digunakan untuk peralatan yang dipasok oleh Sekutu.
Tentara Soviet di Perang Dunia II menghadapi masalah dalam bidang komunikasi dan transportasi, karena industri Soviet tidak mampu memenuhi permintaan lokal baik secara kualitas maupun kuantitas.
Sebagai gambaran, pada 1941 saja tentara Soviet kehilangan 58 persen kendaraannya.
Untuk memulihkan kerugian ini, Sekutu memasok lebih dari 400 ribu kendaraan, khususnya truk, untuk Uni Soviet.
Pada masa pendudukan Jerman, perusahaan Daimler Benz membangun pabrik kendaraan di Minsk (kini menjadi ibukota Belarus).
Setelah kemerdekaan kota tersebut, dibangunlah pabrik kendaraan Amerika di bawah program Lend-Lease di lokasi tersebut.
Tak hanya pasokan produk jadi, pasokan bahan mentah pun sangat amat penting—baja, bahan kimia dan produk lain, yang entah tak diproduksi di Uni Soviet atau musnah akibat perang.
Sebagai contoh, lebih dari separuh pesawat Soviet dibuat menggunakan aluminium yang dipasok oleh Sekutu.
Terdapat empat protokol Lend-Lease.
Dalam protokol pertama hanya 20% pasokan berupa peralatan militer, sedangkan 80% lainnya terkait industri dan produksi pangan.
Sekutu memasok 1.900 lokomotif untuk Uni Soviet, sementara Soviet hanya memproduksi 446 lokomotif dalam periode yang sama.
Sekutu juga memasok 11 ribu gerbong untuk Soviet, sementara Soviet sendiri hanya memproduksi seribu gerbong.
Tak bisa terbayangkan bagaimana perekonomian Soviet dapat bertahan tanpa bantuan Sekutu.
Sebagai contoh, kabel telepon yang dipasok oleh Sekutu dapat memutari garis ekuator Bumi.
Bantuan Sekutu juga sangat krusial dalam pembangunan kembali produksi di wilayah-wilayah negara yang baru merdeka, termasuk pasokan bibit untuk membangun kembali bidang pertanian.
Tak ketinggalan, Sekutu mengirim 610 ribu ton gula untuk Uni Soviet, sementara Uni Soviet sendiri memproduksi 1,46 juta ton.
Sebelum berakhirnya perang, Uni Soviet dan AS menegosiasikan pinjaman untuk restorasi perekonomian nasional.
Secara khusus, AS menawarkan pinjaman skala besar untuk Soviet dengan durasi 35 tahun, dan bunga dua persen per tahun.
Namun, tawaran tersebut ditolak oleh pemerintah Soviet.
Menteri Luar Negeri Vyacheslav Molotov mencoba menegosiasikan pinjaman enam miliar dolar AS untuk 30 tahun, namun hubungan ekonomi gagal dibangun.
Uni Soviet tak mau bergantung secara ekonomi pada Barat, karena pemimpin Soviet tak yakin dengan ketulusan bantuan dari sekutu.
Pemimpin Uni Soviet Joseph Stalin pernah duduk bersama dengan Perdana Menteri Inggris Winston Churchill dan Presiden AS F.D. Roosevelt saat dia mendapatkan anugerah Pedang Stalingrad sebagai tanda kehormatan kemampuan Uni Soviet dalam perang.
Namun Stalin sendiri mengatakan: “Winston Churchill akan merogoh saku Anda untuk mengambil tiap sen milik Anda, dan Roosevelt akan mengambil rubel Anda.”
Sikap itu dinilai tidak adil oleh AS yang telah memberikan bantuan ke Uni Soviet dalam skala besar.
Hal ini diperparah dengan Uni Soviet menolak berpartisipasi dalam institusi keuangan global yaitu IMF dan Bank Dunia, dan menolak undangan ikut dalam Marshall Plan.
Akhirnya terjadilah Perang Dingin antara AS dan Uni Soviet, membuat hubungan ekonomi kedua negara semakin terpuruk.