Cemburu dan Posesif pada Kaisar Hingga Bunuh Wanita Selingkuhan Suaminya yang Bersumpah Monogami, Inilah Kisah Permaisuri Dugu dari Dinasti Sui, Ajarkan Para Wanita untuk Tidak Lakukan Pemborosan

K. Tatik Wardayati

Penulis

Intisari-Online.com – Pada abad keenam, hiduplah seorang jenderal bernama Dugu Xin, yang berasal dari klan non-China, namun memiliki jaringan koneksi dan pengaruh yang luas di berbagai kerajaan di China.

Dugu Xin, adalah seorang jenderal militer yang pernah mengabdi pada dinasti Wei Utara dan Wei Barat, lalu dia menjadi Adipati Henai selama dinasti Zhou Utara.

Dengan segala kekuatan dan pengaruh yang dimilikinya, tetapi dia bukanlah tandingan putrinya, karena tiga dari putrinya memainkan peran penting selama tiga dinasti China yang berbeda.

Inilah yang akan mengubah sejarah China selamanya.

Inilah salah satu putri Dugu Xin.

Dari tiga saudara perempuan Dugu, ini mungkin yang paling terkenal, terdokumentasi, dan berpengaruh, nama aslinya, Dugu Qieluo.

Dia merupakan putri ketujuh dan bungsu dari Dugu Xin.

Pada usia 14 tahun dia bertunangan dengan Yang Jian, yang berusia 16 tahun.

Ayah Yang Jian, Yang Zhong, pernah bertempur di bawah Dugu Xin saat melayani dinasti Wei Utara dan Wei Barat.

Yang Zhong mencapai posisi penting selama dinasti Zhou Utara dan diberikan gelar adipati Sui.

Dugu Qieluo dan Yang Jian, yang tampak dan memiliki banyak luar biasa, saling jatuh cinta.

Yang Jian bersumpah kepada Dugu Qieluo bahwa dia tidak akan pernah memiliki anak dengan wanita lain, sumpah itu dipegangnya sepanjang waktu pernikahan mereka yang panjang, bahkan ketika dimahkotai sebagai kaisar.

Tidak memiliki selir saat istrinya masih hidup, belum pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah China, maka Yang Jian menjadi kaisar monogami China.

Pada tahun 568, Yang Jian menjadi menjadi Adipati Sui setelah kematian ayahnya, dan Dugu Qieluo menjadi Adipati Wanita.

Dugu Qieluo melahirkan lima putra dan tiga putri, dan karena dia adalah saudara perempuan Permaisuri Mingjing, maka dia dihormati dan menonjol di Dinasti Zhou Utara.

Kelak, putri sulungnya, Yang Lihua, akan menjadi permaisuri Xuan dari Zhou Utara.

Selama pemerintahan menantu laki-lakinya, mereka mulai tumbuh begitu kuat sehingga kekuatan mereka melampaui kekuatan kaisar.

Pada saat cucu Dugu Qieluo berusia delapan tahun, Kaisar Jing, naik takhta, Yang Jiang sudah memiliki kendali penuh atas istana.

Kaisar Jing menyerahkan takhta kepada kakeknya, yang diterima Yang Jian, yang lalu menjadi Kaisar Wen dan memulai dikasti Sui, dinamai sesuai pangkat adipatinya.

Sedang Dugu Queluo menjadi permaisuri.

Karena Kaisar Wen tidak memiliki selir, maka Permaisuri Dugu menjadi sangat berpengaruh, mereka sering membahas politik dan negara.

Dia akan menemani Kaisar ke aula istana dan menyewa kasim untuk membuatnya tetap menilai topik yang dibahas di istana.

Dia juga menasihatinya jika kaisar tidak setuju dengan kepututsannya.

Karena pengaruhnya terhadap suaminya, istana menjuluki pasangan itu sebagai ‘dua kaisar’, menunjukkan betapa kaisar mencintai dan menghormati permaisurinya.

Pada tahun 589, China bersatu kembali di bawah dinasti Sui, yang telah mengalahkan dinasti lain, dan menjadi satu-satunya dinasti.

Permaisuri Dugu dikenal hemat dan menghemat banyak pengeluaran, dia mengenakan pakaian yang sederhana, dan melarang para wanita istana mengenakan pakaian yang boros.

Karena pengaruhnya, kaisar dan putra mahkota juga mulai hidup hemat, namun Permaisuri Dugu tidak sepenuhnya baik hati, dan Kaisar Wen tidak sepenuhnya setia.

Sejarawan menggambarkan Permaisuri Dugu menjadi terlalu cemburu dan posesif terhadap kaisar, lalu menjaga ketat akses kaisar ke wanita dari istana belakang dan terus-menerus mengingatkannya tentang sumpah yang dibuat padanya saat usia 16 tahun.

Namun, suatu hari ketika Permaisuri Dugu jatuh sakit, Kaisar Wen mulai melihat seorang budak, yang keturunan pejabat pemberontak, dan berhubungan intim dengannya.

Ketika Permaisuri Dugu mengetahui perselingkuhan itu, dia membunuh wanita itu.

Kaisar Wen sangat marah pada istrinya sehingga dia menunggang kuda dan berkendara sejauh dua puluh mil dari istana sampai para menterinya menyusulnya.

Mereka membujuk Kaisar untuk kembali ke istana, dengan enggan Kaisar menyetujuinya.

Begitu dia kembali ke istana, permaisuri menangis dan memohon pengampunannya, dan setelah pejabat mengadakan perjamuan untuk menghormati mereka, pasangan itu pun berdamai.

Permaisuri Dugu mengubah pewaris dari putra sulung mereka menjadi ke putra sulung kedua mereka, yaitu Yang Guang, ini akan mengubah arah sejarah China dan mengakhiri dinasti Sui yang berumur pendek, mengutip History of Royal Women.

Itu terjadi karena Permaisuri Dugu tidak menyukai putra sulungnya memiliki banyak selir.

Pada tahun 591, ketika putri mahkota meninggal karena suatu penyakit, Permaisuri Dugu percaya bahwa itu karena salah satu selir putra mahkota telah meracuninya.

Dia menyalahkan putra mahkota atas kematiannya dan meyakinkan Kaisar Wen untuk mengganti putra mahkota Yang Guang sebagai gantinya.

Guang tampak hidup hemat dan menunjukkan kepada Permaisuri Dugu bahwa dia mencintai istrinya, yang membuat ibunya senang.

Rupanya itu hanyalah tindakan untuk bisa naik takhta, karena ketika dia menjadi kaisar, dia adalah seorang tiran.

Dia memberi kesempatan kepada keponakan Permaisuri Dugu, Li Yuan, untuk menggulingkan dinasti Sui dan mendirikan dinasti Tang.

Pada 10 September 602, Permaisuri Dugu meninggal pada usia lima puluh tahun.

Setelah kematiannya, Kaisar Wen sangat sedih tetapi telah mengambil dua selir, namun akhirnya menyusul kematian Permaisurinya pada tahun 604 dan dimakamkan besama Permaisuri Dugu.

Permaisuri Dugu tampaknya menjadi sosok yang sangat berpengaruh dan disegani, dia sangat menyukai kepercayaan akan pernikahan monogami.

Dia melihat terbentuknya dinasti Sui dan menyatukan kembali Sui, namun keputusannya mengganti putra mahkota mengakhiri dinasti Sui dan awal Dinasti Tang.

Baca Juga: Dianggap Sebagai Pahlawan dalam Sejarah China Kuno, Inilah Janda Permaisuri Wang Zhengjun, Penyebab Jatuhnya Dinasti Han Barat, ‘Perang’ Lawan Keponakannya Sendiri yang Inginkan Takhtanya

Baca Juga: Dijuluki ‘Permaisuri Generasi Iblis’, Inilah Kisah Permaisuri Sun dari Dinasti Ming, Fakta Bahwa Dia Adalah Wanita Kuat, Namun Kekuatannya Dianggap sebagai Ancaman di Kekaisaran Kuno, Benarkah?

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait