Kegilaan China Lagi-lagi Terbongkar, Dibocorkan Media Barat Tahanan di China yang Masih Hidup Diam-diam Dipanen Organnya Digunakan untuk Tujuan Tak Manusiawi Ini

May N

Penulis

Transplantasi organ di China

Intisari - Online.com -China dituduh telah memanen organ-organ manusia dari tahanan mereka hidup-hidup, menurut penelitian baru yang mengerikan.

Universitas Nasional Australia melakukan penelitian terhadap ribuan kertas medis dari China yang membeberkan operasi pemanenan organ di China yang tertutup.

China adalah salah satu negara yang memiliki daftar tunggu pendek untuk transplantasi organ meskipun jumlah pendonor organ yang datang secara sukarela terhitung rendah.

Melansir Express, daftar tunggu transplantasi organ untuk negara-negara seperti Inggris dan AS sampai berbulan-bulan dan bertahun-tahun, sementara daftar tunggu di China hanya dalam hitungan minggu saja.

Di China, sangat legal untuk memanen organ dari tahanan yang dieksekusi dan telah dilakukan sejak 1984.

Namun kini aktivis HAM telah menyuarakan kekhawatiran mengenai operasi ini pada tahanan yang masih hidup.

Di bawah undang-undang 1984, tahanan yang akan dieksekusi harus memberikan persetujuan sebelumnya untuk donasi organ atau organ dapat dipanen jika tidak ada yang mengklaim jasadnya.

Namun di tahun 2019, sebuah pengadilan internasional menyimpulkan China telah mentransplantasi organ dari tahanan dengan paksaan, yang kemudian disangkal oleh China.

Mathew Robertson dari Universitas menyimpulkan sangat mungkin bahwa beberapa tahanan di China dioperasi saat masih hidup dan mayoritas dari mereka berasal dari kelompok politik yang terpinggirkan.

Aktivis hak asasi manusia mengatakan bahwa bukti dari penelitian Australia "menceritakan kisah mengerikan tentang pembunuhan dan mutilasi di China" dan bahwa cerita itu "hampir terlalu mengerikan untuk dipercaya".

Laporan yang diterbitkan dalam American Journal of Transplantation bertujuan untuk menentukan apakah tahanan diklasifikasikan sebagai 'mati otak' sebelum operasi untuk mengambil organ mereka dimulai.

Robertson menulis: "Kekhawatiran kami adalah apakah ahli bedah transplantasi menetapkan terlebih dahulu bahwa para tahanan sudah mati sebelum mendapatkan jantung dan paru-paru mereka."

Studi tersebut menyimpulkan bahwa 71 laporan menyatakan bahwa “kematian otak tidak dapat dinyatakan dengan benar” dalam dokumen dari catatan transplantasi Tiongkok.

Robertson menyatakan: “Dalam kasus ini, pengangkatan jantung selama pengadaan organ pasti menjadi penyebab langsung kematian pendonor.

“Karena donor organ ini hanya bisa menjadi tahanan, temuan kami sangat menyarankan bahwa dokter di Republik Rakyat Tiongkok telah berpartisipasi dalam eksekusi dengan pengambilan organ.”

Robertson menyatakan bahwa temuan penelitiannya mungkin merupakan “puncak gunung es dan lebih banyak orang mungkin telah dieksekusi melalui proses pengambilan organ.”

Ia menambahkan: "Kami pikir bahwa kegagalan kami mengenali lebih banyak pelanggaran deklarasi kematian otak berkaitan dengan sulitnya mendeteksi mereka secara langsung, bukan karena tidak ada pelanggaran deklarasi kematian akibat matinya otak dalam literasi yang kami pelajari."

Penelitian menunjukkan bahwa praktik ini telah berlangsung selama lebih dari 30 tahun dan selain pada jantung dan paru-paru, ginjal dan hati juga dianggap telah dipanen.

Baca Juga: Pernah Bikin Tas dari Tulang Belakang Anak Osteoporosis, Arnold Putra Kini Terseret Kasus Perdagangan Organ Tubuh dari Brasil, Ini Isi Paket yang Diduga Dibeli

Artikel Terkait