Mengapa Selat Malaka Mempunyai Peranan Penting pada Masa Kerajaan Sriwijaya? Berikut Jawabannya

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Mengapa Selat Malaka Mempunyai Peranan Penting pada Masa Kerajaan Sriwijaya

Intisari-Online.com- Tahukah Andamengapa Selat Malaka mempunyai peranan penting pada masa Kerajaan Sriwijaya?

Sebelum mengetahuimengapa Selat Malaka mempunyai peranan penting pada masa Kerajaan Sriwijaya, Anda harus tahu bahwaSelat Malaka adalah jalur utama yang menghubungkan antara timur dan barat.

Karena menjadi jalur perdagangan internasional pada masa Kerajaan Sriwijaya.

Banyak kapal-kapal dagang dari negara lain yang melintas dari berbagai negara ke Indonesia.

Lantas,mengapa Selat Malaka mempunyai peranan penting pada masa Kerajaan Sriwijaya?

1. Letak Selat Malaka

DilansirEncyclopaedia Britannica(2015), Selat Malaka merupakan jalur air yang menghubungkan Samudera Hindia dan Laut China Selatan (Samudra Pasific).

Selat Malaka membentang antara pulau Sumatra di Indonesia sebelah barat dan semenanjung Malaysia dan Thailand bagian selatan.

Baca Juga:Tugasnya Pastikan Kemampuan Seksual Calon Pasangan Raja China Aman, Inilah Pelayan Khusus yang Tugasnya Cuma Berhubungan Badan

Baca Juga:Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut sebagai Kerajaan Maritim Terbesar di Nusantara?

Selat Malaka memiliki panjang 500 mil (800 kilometer) dan berbentuk corong, dengan lebar hanya 40 mil (65 kilometer) di selatan yang melebar ke utara hingga sekitar 155 mil (250 kilometer).

Selat Malaka namanya berasal dari pelabuhan dagang Melaka (sebelumnya Malaka) yang penting di abad ke-16 dan ke-17 di pantai Melayu.

Sebagai penghubung antara Samudra Hindia dan Laut China Selatan, Selat Malaka adalah rute laut terpendek antara India dan China.

Pada masa-masa awal, Selat Malaka membantu menentukan arah migrasi besar-besaran orang Asia melalui Kepulauan Melayu.

Secara berturut-turut Selat Malaka dikuasai oleh orang Arab, Portugis, Belanda, dan Inggris. Singapura. Salah satu pelabuhan terpenting di dunia, terletak di ujung selatan selat.

2. Jalur utama

MelansirKompas.com, ada sekitar 400 pelabuhan dan 700 buah kapal yang bergantung pada Selat Malaka, karena sudah menjadi jalur utama sejak masa awal peradaban manusia di Nusantara.

Sejak dulu di Selat Malaka banyak kedatangan pedagang-pedagang dari berbagai negara.

Baca Juga:Bagaimana Proses Berdirinya Kerajaan Mataram Islam? Simak Jawabannya Berikut Ini

Baca Juga:Dipaksa Terbang Bak Burung, Begini Kisah Gao Yang,Kaisar Tiran dariKerajaan China Kuno yang EksekusiPara Tahanannya dengan Melompat dari Puncak Menara

Salah satu pedagang dari Tamil, India yang jumlahnya begitu besar.

Sebagai penguasan selat, Kerajaan Sriwijaya merasa berhak untuk menarik pajak dari pedagang-pedagang yang melintasi Selat Malaka.

Merasa pajak yang ditarik terlalu tinggi, para pedagang melaporkan pada raja Kerajaan Cola.

Kemudian Kerajaan Cola menyerang Sriwijaya dua kali, pada 1017 dan 1025.

Dampaknya membuat Sriwijaya lemah dan berbagai penguasa di Selat Malaka bergantian.

Tak lama kemudian Sriwijaya runtuh, pelayaran perdagangan di Selat Malaka semakin ramai.

Dikutip buku Pasai Kota Pelabuhan Jalan Sutra (1997), Selat Malaka sudah menjadi jalur pelayaran dan perdagangan internasional sejak Kerajaan Samudra Pasai.

Bahkan sejak abad-abad pertama masehi sudah dipergunakan sebagai jalur pelayaran dan perdagangan antara India dan China Selatan serta bangsa-bangsa yang mendiami dataran Asia Tenggara, salah satunya di kepulauan Indonesia.

Baca Juga:Tega Mengiris Kuping Utusan Kubilai Khan dari Mongol, Raja dari Kerajaan Terkuat di Jawa Waktu Itu 'Wariskan' Kelicikan pada Bakal Pendiri Majapahit

Baca Juga:Apa yang Menyebabkan Kerajaan Sriwijaya Mengalami Kemunduran?

Peranan Selat Malaka sebagai salah satu jalan sutera atau silk road semakin ramai dikenal berbagai bangsa di kawasan Asian Barat, Tenggara, dan Timur.

Bahkan sampai negara-negara Eropa, walaupun belum secara langsung menggunakan jalur Selat Malaka.

3. Pertukaran kebudayaan

Di tempat-tempat lain yang dilintasi jalur sutra tidak hanya pertukaran komoditi saja.

Tapi juga adanya pertukaran-pertukaran kebudayaan.

Itu sebabnya kehidupan masyarakat di daerah-daerah pesisir tampak lebih dinamis dibandingkan dengan daerah pedalaman.

Karena mobilitas sosial yang terjadi di daerah-daerah pesisir juga berfungsi sebagai ibu kota kerajaan dengan mempergunakan transportasi perairan dapat lebih cepat pertumbuhan dan perkembangannya.

Baca Juga:Tenggelam di Sungai yang Sama, Kisah Ratu Thailand Ini Lebih Tragis dari Tangmo Nida, Para Pelayan hanya Melihatnya Mati Tenggelam Tanpa Menolongnya karena Hukum Kolot Kerajaan

Baca Juga:Mengenal Kaisar Roma Caligula yang Culas dan Sewenang-wenang, Kegilaannya Termasuk Jadikan Istana Kerajaan Sebagai Rumah Bordil Sampai Adik Perempuannya Diperistri dan Dijadikan Budak Seks

(*)

Artikel Terkait