Kematiannya Memunculkan Desas-desus Dia Diracun, Inilah Kisah Kematian Catherine of Aragon, Putri Spanyol yang Jadi Calon Ratu Inggris Sejak Masih Balita Tapi Hidupnya Berakhir Tragis

Khaerunisa

Penulis

Ilustrasi. Kisah kematian Catherine dari Aragon

Intisari-Online.com - Sejak usia 3 tahun, Catherine of Aragon telah dijodohkan dengan Pangeran Arthur dari Inggris.

Arthur merupakan putra tertua Raja Henry VII dari Inggris, seorang pewaris tahta yang diangkat sebagai Pangeran Wales pada usia 5 tahun.

Menjadi calon istri Arthur artinya Catherine of Aragon juga telah menjadi calon ratu di usia yang masih sangat belia.

Masa depan cerah tampaknya menanti Putri Spanyol ini, tanpa tahu tragedi yang akan terjadi di masa depan.

Tragedi pertama di jalan Catherine menuju singgasana ratu Inggris adalah kematian suaminya, Arthur, setelah mengidap penyakit misterius.

Segera setelah Arthur mencapai usia 15 tahun dan dianggap cukup umur untuk menikah, pada 2 Oktober 1501 Catherine tiba di Inggris.

Pada 14 November 1501, Catherine menikah dengan Arthur, tetapi hanya beberapa bulan setelah pernikahan mereka, pasangan itu mengidap penyakit misterius yang kemudian merenggut nyawa Arthur.

Arthur meninggal pada 2 April 1502, sementara Catherine berhasil pulih.

Baca Juga: Terkenal Suka Main Wanita, Raja Edward VII Blak-blakan Selingkuh di Depan Muka Istrinya, Bahkan Wanita Simpanannya Ada yang Akrab dengan Sang Ratu

Baca Juga: Memerintah Hanya Enam Bulan, Inilah ‘Raja Gila’ Tsar Rusia Peter III, Terobsesi dengan Tentara Mainan dan Benci Tinggal di Rusia, Digulingkan Istrinya Sendiri, yang Selingkuh dengan Banyak Kekasih

Menjadi Istri Raja Henry VIII dan Diceraikan

Harapan bagi Catherine untuk menjadi ratu Inggris tidak begitu saja berakhir dengan kematian Arthur.

Setelah kematian Arthur, Raja Henry VII menjodohkan Catherine dengan Pangeran Henry, Adipati York dan putra kedua Henry VII.

Raja Henry VII ingin menghindari pembayaran kembali, yang seharusnya dia lakukan jika Catherine kembali ke rumah.

Mahar sebesar 200.000 mahkota telah disetujui untuk pernikahan Catherine dan Arthur; setengahnya telah dibayarkan.

Pada 21 April 1509 Raja Henry VII meninggal dan Pangeran Henry menggantikan tahta sebagai Raja Henry VIII .

Segera setelah naik takhta, Henry VIII menikahi Catherine dalam sebuah upacara pribadi di gereja Observant Friars di Greenwich pada 11 Juni 1509.

Sampai saat itu Catherine berhasil menjadi seorang ratu Inggris.

Pada tahun-tahun awal pernikahan Catherine dengan Henry dianggap baik, bahkan selama periode ini Catherine bertindak sebagai penasihatnya yang paling berpengaruh.

Baca Juga: Begini Cara Hitung Neptu Weton, Sisa Perhitungan Ungkapkan Watak Anda

Ketika Skotlandia menginvasi Inggris, Catherine yang tengah hamil besar pun tetap menjalankan tugasnya dengan kompeten sebagai wali Inggeis.

Invasi Skotlandia itu pun berakhir dengan kemenangan Inggris dalam Pertempuran Flodden.

Kemudian, Catherine mengirimi suaminya surat dan sepotong mantel berdarah Raja James IV dari Skotlandia, yang telah tewas dalam pertempuran, ntuk digunakan Henry sebagai spanduk di pengepungan Tournai.

Bahkan, ketika Henry VIII memulai kampanyenya melawan Prancis, ia mengangkat Catherine sebagai wali Inggris.

Tetapi rupanya Henry tak cukup menikahi satu orang wanita.

Pasangan Henry VIII dan Catherine yang tampak begitu kuatnya kemudian mulai runtuh dengan kehadiran seorang wanita muda bernama Anne Boleyn, yang juga merupakan pelayan Catherine.

Bersama Henry VIII, Catherine hanya memiliki seorang anak, Mary, yang nantinya dikenal sebagai 'Bloody Mary'.

Meski antara 1510 dan 1518, sebenarnya Catherine melahirkan enam anak, termasuk dua putra. Namun, semua anaknya kecuali seorang putri bernama Mary lahir mati atau meninggal pada awal masa bayi.

Selanjutnya, Henry VIII yang semakin muak karena tak kunjung memiliki pewaris tahta laki-laki, kemudian meminta pembatalan pernikahannya dengan alasan bahwa ada kutukan karena dia menikahi istri saudaranya.

Baca Juga: Kebobolan dari Dalam, Mendadak Rusia Tangkap Orang Penting Ini di Tengah Perang Ukraina, Ternyata Bisa Bikin Rusia Kalah Perang

Melalui perjalanan yang panjang, Catherine pun akhirnya bercerai dari Henry VIII dan menjadi Janda Putri Wales.

Pada tahun 1533, Henry meminta Thomas Cranmer, uskup agung Canterbury, membatalkan pernikahannya dengan Catherine. Sementara Anne Boleyn dinikahi Henry VIII dan menjadi ratu menggantikan Catherine.

Kematian Memilukan Catherine of Aragon sebagai Janda Raja Henry VIII

Melansir theanneboleynfiles.com, pada 7 Januari 1536, pukul dua siang, Catherine of Aragon meninggal di Kastil Kimbolton, tempat ia 'terpenjara' dalam sisa hidupnya.

Dia telah sakit selama beberapa bulan tetapi merasa lebih buruk setelah minum bir Welsh pada bulan Desember 1535 dan ini.

Kondisi tersebut dikombinasikan dengan laporan pembalsem bahwa semua organnya sehat selain jantungnya, “yang menjadi hitam dan tampak mengerikan, kemudian memunculkan desas-desus bahwa Catherine telah diracuni.

Namun, pembalsem yang mengurus jenazah Catherine, Giles Tremlett, adalah seorang chandler (pembuat lilin) ​​dan bukan ahli medis.

Dia juga menemukan tubuh hitam yang melekat pada jantung Catherine, kemudian Tremlett menyimpulkan bahwa "sarkoma melanotik sekunder hampir pasti harus disalahkan", tumor jantung sekunder yang disebabkan oleh kanker di bagian lain dari tubuh.

Raja Henry menolak untuk membiarkan putrinya, Mary, melihat ibunya di hari-hari terakhirnya, sesuatu yang pasti telah menghancurkan hati kedua wanita itu.

Baca Juga: Inilah Titik Pijat Kaki untuk Sakit Perut, Bisa Atasi PMS pada Wanita

Dengan melakukan sandiwara, Giles Tremlett menceritakan bahwa Mary akhirnya diizinkan menemui ibunya.

Tremlett menjelaskan bagaimana Catherine "hampir tidak bisa duduk, namun berdiri sendiri" dengan kedatangan putrinya.

Kesehatan Catherine meningkat dalam beberapa hari pertama bulan Januari, namun, pada malam 6 Januari, ia menjadi gelisah dan pada dini hari tanggal 7 dia meminta untuk menerima komuni.

Adalah melanggar hukum untuk menerima komuni sebelum siang hari, tetapi Jorge de Athequa, bapa pengakuan Catherine dan Uskup Llandaff, dapat melihat bahwa majikannya tidak berumur panjang dan dengan demikian memberikan komuni dan mendengarkan pengakuannya.

Tremlett menunjukkan bahwa meskipun dia telah berjanji kepada Chapuys untuk mendapatkan sumpah kematian dari Catherine bahwa dia tidak mewujudkan pernikahannya dengan Pangeran Arthur, Llandaff lupa.

Catherine menyelesaikan urusannya, memberikan instruksi tentang apa yang ingin dia lakukan dengan barang-barang duniawi dan penguburannya, dia ingin dimakamkan di kapel Biarawan Pengamat (Fransiskan). D

ikatakan juga bahwa dia menulis surat kepada mantan suaminya, Henry VIII, meskipun Tremlett percaya bahwa surat itu "hampir pasti fiktif".

Pada tanggal 29 Januari 1536, Catherine of Aragon dimakamkan di Biara Peterborough, sekarang Katedral Peterborough.

Dia dimakamkan sebagai Janda Putri Wales, bukan sebagai Ratu. Baru di masa depan, makamnya ditandai dengan kata-kata "Ratu Katharine Inggris".

Baca Juga: Bak Jadi ‘Pion’ Propaganda Ambisi Kekaisaran Jepang, Beginilah Kehidupan Tragis Pangeran Yi U, Pangeran Terakhir Korea yang Tolak Nikahi Wanita Jepang dan Ingin Jaga ke-Koreaannya

(*)

Artikel Terkait