Find Us On Social Media :

Menterinya Sampai Pasrah Akui Sedang Frustasi, China Geregetan dengan Polah AS, Dilarang Bantu Rusia tapi 'Tangannya' Dipinjam untuk Serang Rusia, Tanpa Izin

By Khaerunisa, Selasa, 15 Maret 2022 | 18:50 WIB

Zhao Lijian, Juru Bicara Menteri Luar Negeri China

Intisari-Online.com - Sejak Perang Rusia-Ukraina meletus, bagaimana sikap China menanggapi situasi tersebut menjadi sorotan.

Banyak ahli menyampaikan penilaian terhadap kemungkinan sikap yang ditunjukkan oleh sekutu Rusia tersebut.

Sementara Amerika Serikat (AS) menuding China bakal membantu Rusia, dan belakangan mengancam China jika sampai membantu Rusia.

Tetapi, China baru-baru ini malah dibuat marah dengan perbuatan peretas Amerika terhadap negara tersebut.

Hal itu sampai membuat menteri China frustasi dan menuding AS telah memanfaatkan China untuk kepentingannya.

Melansir rt.com, Beijing melampiaskan frustrasi tentang peretas yang mengambil alih jaringan China untuk meluncurkan serangan siber ke Rusia.

Kementerian Luar Negeri China menyebut AS sebagai "kerajaan peretasan" dunia.

Kemudian, mendesak Washington untuk menghentikan aktivitas siber "berbahaya" menyusul laporan bahwa peretas Amerika merusak jaringan di China untuk melancarkan serangan ke Rusia dan Belarusia.

Baca Juga: Tak Ada Angin Tak Ada Hujan, Mendadak PBB Beri Peringatan Dunia, Konflik di Ukraina Bisa Berubah Menjadi 'Perang Nuklir', Ungkap Fakta Mengerikan yang Bisa Dialami Dunia

Baca Juga: Kekejaman Raja Henry VIII yang Ekstrim Melebihi Kekejaman Raja Inggris Lain, Termasuk Bagaimana Caranya Akhiri Hidup Keenam Istrinya dan Bunuh Semua Orang Hanya Karena Ingin

"China sangat prihatin dengan serangan siber terhadap negara lain yang berasal dari AS dan menggunakan China sebagai batu loncatan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Zhao Lijian kepada wartawan pada konferensi pers pada hari Senin.

Zhao mengomentari laporan media Tiongkok baru-baru ini bahwa peretas, terutama dari AS tetapi juga dari sekutu NATO Jerman dan Belanda, baru-baru ini membajak jaringan komputer Tiongkok untuk serangan siber, yang mana 87% di antaranya menargetkan Rusia.