Find Us On Social Media :

Daulat dan Ikhtiar: Memaknai Serangan Umum 1 Maret 1949 melalui Seni

By Intisari Online, Selasa, 15 Februari 2022 | 10:00 WIB

Pameran temporer ini bertajuk DAULAT & IKHTIAR,

Sejumlah artefak peninggalan peristiwa tersebut oleh para perupa direspons menjadi narasi baru. Sumber narasi diambil dari Monumen Serangan Umum 1 Maret yang berdiri tegak di Kilometer 0 Yogyakarta.

Monumen karya Pematung Saptoto dibuat tahun 1973 ini mempresentasikan 5 karakter utama: tentara, pelajar, petani, perempuan, dan pemuda. Dari sinilah para seniman (Dedy Sufriadi, Lutse Lambert, Riyan Kresnandi, Tempa, Broken Picth) mengelola narasi masa lalu menjadi nilai-nilai yang kontekstual, bagi generasi saat ini dan masa depan. Kurator pameran ini adalah Mikke Susanto dan Duls Rumbawa (ko-kurator).

Narasi inilah yang menyatukan tujuan pameran tentang pentingnya memorabilia sebagai titik pemikiran. Konsepnya bersifat kultural, sosial, namun menjadi sarana rekreasi yang berkualitas. Melalui karya seni visual, penonton diajak menelusuri sejarah dan membingkainya menjadi ruang baru yang rileks, egaliter, namun tetap memberi ruang kritis. Kesimpulannya, terkuak bahwa keberhasilan Serangan Umum ini merupakan hasil ikhtiar bersama antar elemen dalam meraih kedaulatan bangsa.

Pameran temporer ini bertajuk DAULAT & IKHTIAR, "Memaknai Serangan Umum 1 Maret melalui Seni" yang digelar di Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta 1 - 30 Maret 2022.

Baca Juga: Buktikan TNI dan NKRI Masih Utuh, Apa Latar Belakang Serangan Umum 1 Maret 1949?

Pameran ini diinisiasi oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI; Museum Benteng Vredeburg Yogyakarta; bermitra dengan Jurusan Tata Kelola Seni FSR ISI Yogyakarta dan majalah Intisari.

"Respons kerja kreatif semacam ini bertujuan untuk menampilkan gagasan baru tentang peristiwa sejarah agar lebih segar dicerna generasi hari ini," ungkap Mikke Susanto dan Duls Rumbawa dalam pengantar kuratorial mereka. "Tujuan lainnya adalah untuk 'menghidupkan' koleksi melalui imajinasi seniman, sehingga koleksi tersebut dapat melahirkan kisah selain yang selama ini ditulis dalam buku sejarah."

Mereka menambahkan, "Tujuan yang juga menarik adalah untuk mendukung usulan peristiwa Serangan Umum 1 Maret sebagai hari besar nasional Indonesia dan menjadikan kisah ini sebagai warisan sejarah dunia."

Baca Juga: Tentara Indonesia Serang Belanda di Yogyakarta, Apa Tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949?