Frustasi Tak Bisa Beli Jet Tempur F-35 dan Jet Tempur Canggih Lainnya Karena Kena Sanksi, Turki Hanya Bisa Beli Jet Ini untuk Lengkapi Militernya

Tatik Ariyani

Penulis

Jet tempur F-35 Lightning II

Intisari-Online.com -Di tengah jet tempur F-16 Turki yang mulai menua, tampaknya Turki tak punya banyak pilihan untuk membeli jet tempur untuk melengkapi militernya.

Hal itu dikarenakan sanksi yang dikenakan pada Turki sebagai akibat dari membeli rudal S-400 Rusia.

Di tengah kesulitan untuk memperoleh jet tempur yang mumpuni untuk militernya, musuh bebuyutannya Yunani telah membeli jet tempur Rafale Prancis.

Hal itu tampak seperti menciptakan urgensi bagi Ankara untuk meningkatkan armada tempurnya.

Melansir The EurAsian Times, Minggu (14/2/2022), kesempatan Angkatan Udara Turki untuk membeli jet siluman F-35 generasi kelima telah hilang sebagai akibat dari akuisisi sistem pertahanan rudal udara S-400 Rusia oleh Turki.

Meskipun menjadi anggota NATO, Turki dikenai sanksi oleh Washington di bawah CAATSA serta dikeluarkan dari program F-35 Joint Strike Fighter.

Ankara juga dapat ditolak izinnya untuk membeli 40 F-16 Block 70 baru dan 80 kit modernisasi yang dimintanya dari AS pada Oktober 2021.

Penjualan itu menghadapi tentangan keras dari anggota Kongres yang kritis terhadap perluasan hubungan Turki dengan Rusia.

Baca Juga: Tak Selaris Jet Tempur F-35 Amerika, Rafale yang Diborong Prabowo Ternyata Sepi Peminat Meski Punya Kemampuan Hebat, Pakar Ungkap Penyebabnya

Baca Juga: Rekaman Rahasia Bocor, Terkuak Bagaimana Pesawat Canggih Milik AS yang Punya Julukan Pesawat Termahal di Dunia Ini Mendadak Jatuh ke Laut, Ternyata Alami Insiden Memalukan Ini

Padahal, armada F-16 berfungsi sebagai tulang punggung Angkatan Udara Turki.

Pada November tahun lalu, laporan mengindikasikan bahwa pembicaraan mengenai F-16 strategis sedang berlangsung, namun juga tidak ada kemajuan di bidang itu.

Frustrasi di Ankara dapat dirasakan ketika secara agresif mencari alternatif untuk pesawat tempur siluman AS karena pesawat tempurnya semakin tua dari hari ke hari.

Pada Oktober tahun lalu, Ismail Demir, kepala Industri Pertahanan Kepresidenan Turki, mengatakan Ankara dapat membeli jet tempur siluman Su-35 dan Su-57 Rusia jika AS membekukan penjualan F-16.

Namun, langkah seperti itu hampir pasti akan menghasilkan sanksi tambahan AS terhadap Turki di bawah Undang-Undang Melawan Musuh Amerika Melalui Sanksi (CAATSA) karena membeli perangkat keras militer Rusia yang canggih. Itu juga bisa membatasi pilihan Eropa oleh Turki untuk jet tempur modern.

Selain itu, sebagai sekutu NATO, Turki memiliki hubungan yang tidak stabil dengan Rusia.

Ketika pasukan Rusia berkumpul di perbatasan Ukraina dengan kekhawatiran invasi yang akan datang semakin kuat, Turki datang untuk mendukung Ukraina dengan pesawat tak berawaknya dan tekad yang tak tergoyahkan dalam membantu militernya.

Dengan begitu, pilihan untuk membeli pesawat tempur Rusia tetap terbatas.

Baca Juga: Puasa Berapa Hari Lagi? Ketahui 3 Tradisi Unik Ramadhan di Berbagai Belahan Dunia

Baca Juga: Begini Urutan Pemakaian Skincare Pagi dan Malam yang Benar, Yuk Jangan Salah Lagi!

Peluang untuk membeli Rafale, pesawat tempur generasi ke-4.5 yang dapat berfungsi sebagai opsi stop-gap sebelum Turki dapat meluncurkan pesawat tempur siluman futuristiknya sendiri, juga suram.

Musuh bebuyutan Turki, Yunani baru-baru ini membeli jet tempur Rafale dari Prancis. Tetapi Turki membeli Rafale atau Prancis menjual jet tempur utamanya ke Ankara tampak suram.

Salah satu isu utama di balik ini adalah 'inter-operabilitas'.

Semua pemrosesan data dan sistem pertukaran harus dapat dioperasikan.

Kemampuan ini memungkinkan suatu negara untuk bergabung dengan koalisi militer dan memberinya pengaruh politik.

Pasokan Rafale ke Yunani, bersama dengan pelatihan dan latihan kooperatif, dimaksudkan untuk membangun kemampuan operasi bersama.

Hal yang sama tidak dapat dilakukan dengan Turki karena pertimbangan geopolitik.

Untuk saat ini, Inggris tidak mungkin menjual Eurofighter Typhoon karena sanksi yang dijatuhkan pada Ankara atas serangan militer lintas batas di Suriah.

Baca Juga: Untung Bagi Barat Buntung Bagi Negara Ini, Ada Dampak Mengerikan pada Senjata Militer China Hingga Korea Utara Jika Perang Rusia-Ukraina Terjadi, Apa Itu?

Baca Juga: Inilah Hikmah Beriman Kepada Malaikat Mengamalkan Rukun Iman Kedua

Turki terus melakukan serangan terhadap kelompok YPG Kurdi yang berperang sebagai bagian dari koalisi AS melawan teroris ISIL.

Akibatnya, Saab Gripen E, jet generasi 4,5 buatan Swedia, mungkin satu-satunya alternatif Turki untuk Rafale dan Typhoon.

Padahal, pada 2013, Presiden Turki telah melakukan pembicaraan dengan Saab untuk memproduksi jet tempur di Ankara. Namun, belum ada perkembangan di bidang itu.

Pilihan bagi Turki untuk membeli jet tempur untuk mengisi kembali Angkatan Udaranya, dengan demikian, tetap sangat terbatas.

Jika jet tempur tidak dapat dibeli dari sekutu, Turki mungkin harus masuk ke wilayah yang belum dipetakan untuk memenuhi persyaratan keamanannya.

Salah satu opsi untuk Angkatan Udara Turki adalah pesawat tempur JF-17 Pakistan.

Ankara juga dapat mencari Chengdu J-10C 'Firebird' dari China. Jika Turki tidak memiliki pilihan Barat lainnya, membeli J-10C bisa sangat masuk akal.

Baca Juga: Weton Pasaran Hari Ini 14 Februari 2022, Beginilah Nasib dan Sifat Senin Legi yang Unik

Baca Juga: Tentara Indonesia Serang Belanda di Yogyakarta, Apa Tujuan Serangan Umum 1 Maret 1949?

Artikel Terkait