Find Us On Social Media :

Dari Bom Bali hingga Serangan WTC, Inilah 10 Teror Paling Fatal Abad 21 (2)

By Moh Habib Asyhad, Selasa, 13 September 2016 | 13:30 WIB

Dari Bom Bali hingga Serangan WTC, Inilah 10 Teror Paling Fatal Abad 21 (2)

Intisari-Online.com - Alih-alih semakin damai, kondisi dunia pada abad 21 justru semakin mencemaskan. Perang masih terjadi di mana-mana, jurang si kaya dan si miskin semakin menganga, negara kaya semakin kaya, sementara negara miskin semakin miskin, isu rasial merebak di mana-mana, hingga terjadilah teror-teror yang tida putus akibat semua itu.

Kompas.com mencatat, setidaknya ada 10 teror (ditulis secara acak) paling fatal pada abad 21.

 

Tragedi ini terjadi pada 29 Oktober 2005 ketika tiga ledakan terjadi di ibu kota India itu dan menewaskan 62 orang serta melukai 210 orang lainnya. Bom di dua buah pasar di wilayah tengah dan selatan New Delhi ini meledak hanya dua hari sebelum festival keagamaan Diwali digelar.

Satu bom lainnya meledak di dalam sebuah bus di Govindpuri di wilayah selatan New Delhi. Aparat keamanan India yakin aksi teror ini dilakukan kelompok militan Kashmir, Lashkar-e-Taiba.

Namun, organisasi militan yang berbasis di Pakistan, Front Revolusioner Islam, mengklaim mendalangi serangan itu. Kelompok ini memang memiliki sejarah panjang serangan teror di negeri asalnya, Pakistan.

Usai serangan itu, kepolisian India menangkap 10 orang tersangka di stasiun kereta api Delhi dan sejumlah terminal bus.

 

 

Dalam insiden pada 22 Juli 2011 ini terjadi dua serangan yang didalangi Anders Behring Breivik yang secara total menewaskan 77 orang.

Serangan pertama adalah bom mobil di distrik pemerintahan Norwegia, Regjeringskvartalet. Bom yang diracik dari pupuk dan bensin itu diletakkan di dalam sebuah minibus.

Minibus itu kemudian diparkir di dekat apartemen tempat kantor PM Jens Stoltenberg berada. Ledakan bom ini terjadi pada pukul 15.25 waktu setempat dan menewaskan delapan orang dan melukai 209 orang.

Serangan kedua terjadi dua jam kemudian. Terjadi penembakan di kamp musim panas di Pulau Utoya, di wilayah utara Norwegia yang digelar AUF, sayap kepemudaan Partai Buruh Norwegia (AP) yang berkuasa.

Breivik yang menyamar sebagai polisi menembaki peserta perkemahan yang sebagian besar adalah para remaja itu. Akibatnya 68 orang tewas dan 110 orang terluka.

Sebanyak 69 korban tewas di rumah sakit dua hari setelah tragedi terburuk di Norwegia sejak Perang Dunia II.

Kepolisian Norwegia kemudian menangkap Anders Behring Breivik (32) dan mendakwanya melakukan dua serangan teror. Pada 24 Agustus 2012, Breivik dijatuhi hukuman 21 tahun penjara dengan kemungkinan tambahan hukuman jika dia dianggap masih membahayakan masyarakat.

 

Pada 23-26 Oktober 2002, sebanyak 40 orang anggota separatis Chechnya bersenjata lengkap menyandera teater Dubrovka yang sedang dipadati pengunjung.

Puluhan orang Chechnya yang dipimpin Movsar Barayev menyandera setidaknya 850 orang dan menuntut penarikan mundur pasukan Rusia dan mengakhiri Perang Chechnya kedua.

 

Rusia mengerahkan pasukan khususnya, termasuk Spetnatz, dan Grup Vega, untuk melakukan operasi pembebasan sandera. Kedua unit pasukan khusus itu masih dibantu pasukan kemendagri Rusia SOBR.

Sebelum menyerang, pasukan Rusia memompakan gas kimia ke dalam gedung teater itu. Saat masuk ke dalam teater, pasukan Rusia harus bertempur di sepanjang koridor dan tangga yang dijaga para penyerang sebelum tiba di aula tempat para sandera berada.

Serbuan ini menewaskan semua penyandera dan tak ada korban jatuh di pihak Spetnatz. Namun, sebanyak 130 orang sandera, termasuk sembilan warga asing, juga tewas karena menghirup gas yang dipompakan ke dalam gedung.

Penggunaan gas itu dikecam dunia internasional dan para ilmuwan di Rusia karena pemerintah menolak membuka identitas gas yang digunakan dalam operasi itu.