Find Us On Social Media :

Demi Guyuran Dolar, Para Tentara Bayaran AS Ini Rela Menyabung Nyawa dalam Perang Narkotika di Kolombia

By Agustinus Winardi, Minggu, 6 Mei 2018 | 18:00 WIB

Intisari-Online.com - Jauh sebelum pemerintah AS melibatkan diri ke Kolombia lewat program Plan Colombia (1990-2016), yang justru makin memicu perang narkotika (drug war), situasi dalam negeri negara itu memang sudah kacau balau.

Lebih dari 50  tahun, negeri yang merupakan sumber penanaman koka (pohon penghasil kokain) terbesar di dunia itu dicabik-cabik perang saudara antara pasukan pemerintah dan gerilyawan Marxis, Revolutionary Armed Forces of Colombia (FARC).

Pemerintah Kolombia yang kemudian dibantu AS dengan target menghentikan perdagangan narkotika, melindungi jalur pipa minyak yang dialirkan dari Kolombia ke tanki-tanki milik AS, dan menumpas gerilyawan FARC, ternyata tidak segera mampu membereskan semua masalah itu.

Bahkan timbul konflik baru, yakni perang antargeng dan kartel narkotika serta badan antinarkoba AS, Drug Enforcement Administration (DEA).

Kepentingan AS di Kolombia sejatinya cukup banyak, tapi yang paling utama adalah kelancaran pengiriman minyak melalui pipa-pipa yang sangat panjang dan bermuara di Laut Karibia, tempat tanki-tanki AS berada.

Lebih dari itu, Amerika juga berkpentingan menumpas jaringan kartel narkotika di Kolombia.

Baca juga: Kisah Para Tentara Bayaran di Irak: Gajinya Gede Tapi Jadi Sasaran Favorit Pembom Bunuh Diri

Untuk menangani bisnis minyak dan membasmi perdagangan narkotika, AS tak hanya mengerahkan DEA dan membantu pemerintah Kolombia dengan uang miliaran dolar AS, taou juga mengirim para penasihat militer serta tentara bayaran yang bertugas melatih militer setempat.

Tantangan yang harus dihadapi militer memang cukup berat: gerilyawan FARC yang berjumlah sekitar 15 ribu personel dan memiliki persenjataan, yang canggih menguasai hampir seluruh desa di pedalaman Kolombia.

Selain mengandalkan sumber dana dari penjualan narkotika, FARC juga mencari dana dengan melakukan penculikan terhadap pejabat pemerintah, termasuk orang-orang AS yang sering berkeliaran di negara itu.

Jadi menggebuk narkoba berarti berperang pula melawan gerilyawan FARC yang sudah dikenal sebagai jago-jago perang itu.

Hingga saat ini masih banyak tentara bayaran yang sedang bertugas di Kolombia.

Baca juga: Sepak Terjang Tentara Bayaran, Selalu Bergelimang Uang Namun Harus Selalu Siap Menumpahkan Darah