Find Us On Social Media :

Cucu Ki Hajar Dewantara: Sang Kakek Berjuang dengan Pena, Cucunya Berjuang dengan 'Gedung'

By Intisari Online, Rabu, 2 Mei 2018 | 12:00 WIB

Intisari-Online.com - Siapa tak kenal sosok Ki Hajar Dewantara? Ketokohan Ki Hajar dalam sejarah pendidikan nasional tak diragukan lagi.

Beliaulah Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia pertama.

Sejak era pergerakan, Ki Hajar konsisten berjuang melawan kolonialisme lewat jalur pendidikan.

Lewat Perguruan Taman Siswa yang didirikannya tahun 1922, Ki Hajar mengembangkan konsep pendidikannya sendiri.

Baca juga: Vodka dan Jet Tempur Sukhoi Bikin Polisi Militer TNI AU Tegang

Beliau menciptakan sistem pendidikan yang lebih mengakar dan menjawab tantangan kolonialisme yang membelenggu bangsa.

Semboyan pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidik.

Dalam bahasa Jawa semboyan itu berbunyi "Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani" (di depan memberi contoh, di tengah memberi semangat, di belakang memberi dorongan).

Semboyan ini kemudian dipakai sebagai semboyan pendidikan nasional hingga kini.

Baca juga: Jackie Chan Kaya Raya Tapi Putrinya Hidup Miskin dan Menggelandang, Ini Kisahnya!

Namun selain pedagog, tokoh yang dinobatkan sebagai Bapak Pendidikan Nasional ini, juga seorang mantan aktivis politik yang cukup kritis menentang kebijakan kolonial.

Semangat itu tercermin dalam tulisan-tulisannya yang komunikatif, tajam, dan patriotik sehingga membangkitkan semangat antikolonial pembacanya.

Semangat perjuangan Ki Hajar Dewantara dalam pendidikan itulah yang selalu diingat dan menginspirasi cucu jauhnya Antarina S. F. Amir.