Ketika dia meninggalkan Suriah ke Roma, dia menggantikan dewa utama Romawi Yupiter dengan dewa mataharinya Elagabal, dan perubahan agama yang begitu besar ini membuat ribuan orang Roma kesal.
Nenek Elagabalus adalah pembuat raja mengalami kejatuhan, melansir History of Yesterday.
Nenek Elagabalus, Julia Maesa (160-224) memiliki keinginan yang tak terpuaskan akan kekuasaan.
Dia bersekongkol agar Elagabalus memenangkan takhta pada tahun 218 setelah pembunuhan keponakannya, Kaisar Caracalla, pada 217.
Sayangnya, masyarakat Romawi yang hiper-maskulin tidak menerima kaisar transgender, maka Elagabalus pun kehilangan dukungan tentara dan rakyat Romawi.
Julia menyusun rencana agar tetap berkuasa dan menjatuhkan Elagabalus, dengan meyakinkan cucunya itu untuk mengadopsi cucu Severus Alexander (208-235) sebagai ahli waris, pada tahun 221.
Ternyata, tentara Romawi memiliki pengganti yang sah untuk Elagabalus yang dibenci.
Pada 11 Maret 222, Elagabalus pergi bersama Severus Alexander, ibu, dan neneknya, ke kamp Praetorian, yang bersorak untuk Alexander namun mengabaikan Elagabalus, sehingga membuatnya marah dan memerintahkan eksekusi.
Namun, para prajurit menanggapi dan membunuh Elagabalus dan ibunya, lalu menelanjangi tubuh mereka dan menyeretnya ke seluruh Roma, dan melemparkan tubuh Elagabalus ke Sungai Tiber, ketika itu usianya baru delapan belas tahun.
Sementara, neneknya, Julia, berdiri dan dengan tenang menyaksikan eksekusi cucunya itu.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari