Makhluk ini berbelalai bukan gajah, bertaring bukan harimau, bertaji bukan ayam.
Ia merupakan sang penguasa Sungai Mahakam yang bersemayam di palung sungai itu.
Melansir Kompas.com, kemunculan Lembuswana ini kerap dihubungkan dengan kisah lahirnya Putri Karang Melenu yang muncul bersama satwa mitologi itu dari dasar Sungai Mahakam.
Kelak sang putri menikah dengan Raja Aji Batara Agung Dewa Sakti.
Dari sang putri itu dilahirkan penerus dinasti raja-raja Kutai Kartanegara.
Leluhur warga Kutai memercayai bahwa Sang Lembuswana merupakan tunggangan Mulawarman, yang bertakhta sebagai raja Kutai sekitar 1.500 tahun silam.
Tampaknya mirip dengan sebagian besar penganut Shiwa di Nusantara bahwa lembu merupakan kendaraan Dewa Shiwa: Raja Majapahit pun dilambangkan sebagai Shiwa pula.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Kutai: Alasan Aswawarman Disebut sebagai Wangsakarta dari Kerajaan Kutai
Baca Juga: Alasan Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut sebagai Kerajaan Maritim
Satwa mitologi ini telah menjadi simbol keperkasaan dan kedaulatan seorang penguasa.
Unsur belalainya menandakan bahwa satwa ini juga perlambang sosok Ganesha, Dewa Kecerdasan.
Lembuswana telah meretas masa dari zaman kerajaan Hindu tertua sampai Kasultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Tetapi makna bagi warga Kutai tetap tidak berubah bahwa sosok ini mengikhtisarkan pula pemimpin yang mulia seharusnya juga mengayomi rakyat.
(*)