Penulis
Intisari-Online.com -Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura medesak Edy Mulyadi meminta maaf secara terbuka atas pernyataannya tentang Kalimantan Timur dan Ibu Kota Negara (IKN).
Sebelumnya, sebuah video beredar dimana Edy Mulyadi mengungkapkan bahwa Kalimantan merupakan tempat jin buang anak.
Melansir Kompas.tv, Senin (2/1/2022), hal tersebut disampaikan Edy saat menyatakan penolakan atas pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) dari DKI Jakarta ke Kalimantan Timur (Kaltim).
Pernyataan Edy itu pun mendapat beragam respons dari masyarakat Kalimantan.
Sekretaris Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, Awang Yacob Luthman (AYL) menyampaikan kekesalannya atas pernyataan Edy Mulyadi yang dianggap menghina masyarakat Kalimantan.
Bahkan, AYL tegas meminta Edy Mulyadi untuk meminta maaf secara terbuka.
Terlebih kata AYL, wilayah yang akan menjadi IKN nantinya merupakan wilyah Kesultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura, sehingga ia menegaskan ucapan tersebut sangat tidak pantas dan tidak beradab.
Namun terlepas dari itu, Kasultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura punya satwa mitologi bernama Lembuswana.
Baca Juga: Berikut Latar Belakang Berdirinya Kerajaan Demak pada Akhir Abad ke-15
Legenda kemunculan Lembuswanadi Sungai Mahakam ratusan tahun silam menjadikannya simbol Kerajaan Kutai Kartanegara.
Makhluk ini berbelalai bukan gajah, bertaring bukan harimau, bertaji bukan ayam.
Ia merupakansang penguasa Sungai Mahakam yang bersemayam di palung sungai itu.
Melansir Kompas.com, kemunculan Lembuswana ini kerap dihubungkan dengan kisah lahirnya Putri Karang Melenu yang muncul bersama satwa mitologi itu dari dasar Sungai Mahakam.
Kelak sang putri menikah dengan Raja Aji Batara Agung Dewa Sakti.
Dari sang putri itu dilahirkan penerus dinasti raja-raja Kutai Kartanegara.
Leluhur warga Kutai memercayai bahwa Sang Lembuswana merupakan tunggangan Mulawarman, yang bertakhta sebagai raja Kutai sekitar 1.500 tahun silam.
Tampaknya mirip dengan sebagian besar penganut Shiwa di Nusantara bahwa lembu merupakan kendaraan Dewa Shiwa: Raja Majapahit pun dilambangkan sebagai Shiwa pula.
Baca Juga: Sejarah Kerajaan Kutai: Alasan Aswawarman Disebut sebagai Wangsakarta dari Kerajaan Kutai
Baca Juga: Alasan Mengapa Kerajaan Sriwijaya Disebut sebagai Kerajaan Maritim
Satwa mitologi ini telah menjadi simbol keperkasaan dan kedaulatan seorang penguasa.
Unsur belalainya menandakan bahwa satwa ini juga perlambang sosok Ganesha, Dewa Kecerdasan.
Lembuswana telah meretas masa dari zaman kerajaan Hindu tertua sampai Kasultanan Kutai Kartanegara Ing Martadipura.
Tetapi makna bagi warga Kutai tetap tidak berubah bahwa sosok ini mengikhtisarkan pula pemimpin yang mulia seharusnya juga mengayomi rakyat.
(*)