Find Us On Social Media :

Perkara Cinta Berbuah Petaka, Inilah Pralaya Medang, 'Hancurnya Dunia' Gegara Kandasnya Ambisi Seorang Raja Nikahi Putri Mataram Kuno

By Khaerunisa, Minggu, 9 Januari 2022 | 20:55 WIB

Relief pada Candi Borobudur yang menggambarkan serangan Raja Dharmawangsa Teguh ke Kerajaan Sriwijaya pada 990 M. Permusuhan antara dua kerajaan hingga menyebabkan runtuhnya Kerajaan Mataram Kuno dalam peristiwa Pralaya Medang.

Intisari-Online.com - Peristiwa Pralaya Medang terjadi antara Kerajaan Medang dan Raja Wurawiri yang didukung Kerajaan Sriwijaya pada tahun 1016.

Peristiwa ini terjadi pada masa pemerintahan Raja Dharmawangsa Teguh, yang berkuasa antara 985-1017 M.

Kerajaan Medang sendiri merupakan kelanjutan dari Mataram Kuno di Jawa Tengah.

Kerajaan Mataram Kuno, yang didirikan di Jawa Tengah pada abad ke-8, sempat mengalami beberapa kali pemindahan ibu kota hingga ke Jawa Timur.

Periode kekuasaan Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Timur yang diperintah oleh Wangsa Isyana itulah yang dikenal dengan nama Kerajaan Medang.

Sementara Raja Wurawiri merupakan penguasa kerajaan kecil yang masih menjadi bawahan Mataram Kuno.

Kata 'Pralaya' berasal dari bahasa Sanskerta, yang berarti 'kehancuran dunia', karena konon katanya peristiwa ini menewaskan banyak pembesar kerajaan hingga membuat Pulau Jawa bagai lautan darah.

Peristiwa Pralaya Medang ini juga disebut-sebut sebagai akhir dari kekuasaan Mataram Kuno.

Baca Juga: Kisahkan Panembahan Senapati dari Mataram dalam Pertapaannya Bertemu dan Memadu Kasih dengan Kanjeng Ratu Kidul, Inilah Tarian Bedhaya Ketawang yang Dianggap Sakral, Lambang Kebesaran Raja

Baca Juga: Ramalan Shio Tahun 2022, Empat Shio Ini Punya Karier Cemerlang di Tahun Macan Meski Tetap Ada Tantangan

Melansir kompas.com, Sejarawan menyebut Pralaya Medang disebabkan oleh keputusan Raja Dharmawangsa Teguh untuk menikahkan putrinya dengan Airlangga, pangeran keturunan Bali yang juga masih keponakan raja sendiri.

Sementara itu, Raja Wurawari, yang berambisi menikahi putri Raja Dharmawangsa Teguh agar dapat mewarisi takhta kerajaan pun kecewa.