Penulis
Intisari-online.com - Milyader Elon Musk memang dikenal memiliki proyek ambisius mengenai teknologi dan luar angkasa.
Salah satu perusahaannya luar angkasanya SpaceX telah membuat kemajuan besar dalam bidang luar angkasa.
Bahkan hal ini sampai membuat China marah besar, karena proyeknya tersebut membahayakan satelit milik China.
Kementerian Luar Negeri China pada 28 Desember meminta pihak AS untuk mencegah satelit mendekati stasiun luar angkasa Tiangong, setelah dua insiden tahun ini.
"Amerika Serikat harus mengambil tindakan segera untuk mencegah insiden seperti itu terjadi lagi," kata juru bicara Zhao Lijian.
"Mereka harus bertindak secara bertanggung jawab untuk melindungi kehidupan astronot di orbit, serta memastikan keselamatan dan stabilitas planet ini, fasilitas ruang angkasa," kata Kementerian Luar Negeri China.
"AS menerapkan standar ganda dalam hal konsep perilaku bertanggung jawab di luar angkasa," tambah Zhao.
Satelit Starlink milik Miliarder Elon Musk dua kali mendekati stasiun ruang angkasa Tiangong di orbit.
Sekali pada bulan Juli dan kedua kalinya pada Oktober 2021, mendorong stasiun ruang angkasa China untuk segera merespons.
Misi Tiongkok untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa adalah mengirim catatan kepada Sekretaris Jenderal António Guterres yang mengeluhkan masalah tersebut, mengutip Perjanjian Luar Angkasa.
"Lembaga pemerintah dan non-pemerintah memikul tanggung jawab internasional untuk kegiatan di luar angkasa," kata catatan itu.
Perusahaan SpaceX milik miliarder Elon Musk menyediakan layanan internet satelit, setelah meluncurkan lebih dari 1.900 satelit ke orbit sejak 2019.
SpaceX diperkirakan akan meluncurkan hingga 42.000 satelit untuk menyelesaikan jangkauan internet jaringan, yang menyebabkan kekhawatiran bahwa ruang menjadi sempit, meningkatkan risiko tabrakan.
Pada bulan Maret, SpaceX menandatangani perjanjian dengan NASA.
Ia berjanji untuk mengalihkan satelit Starlink jika terlalu dekat dengan stasiun ruang angkasa ISS atau pesawat ruang angkasa NASA.
Space X mengatakan Starlink memiliki teknologi bawaan yang mengubah arah secara otomatis ketika ada risiko tabrakan.
Menekankan bahwa pesawat ruang angkasa lain tidak perlu mengubah arah.