Intisari-Online.com - Gajah Mada mengucapkan Sumpah Palapa bertujuan untuk menyatukan Nusantara.
Gajah Mada melakukannya untuk membuat Kerajaan Majapahit menjadi kerajaan terbesar di Nusantara.
Berikut isi Sumpah Palapa Gajah Mada:
"Jika telah menundukkan seluruh Nusantara di bawah kekuasaan Majapahit, saya (baru akan) melepaskan puasa."
"Jika mengalahkan Gurun, Seram, Tanjung Pura, Haru, Pahang, Dompo, Bali, Sunda, Palembang, Tumasik, demikianlah saya (baru akan) melepaskan puasa".
Sesuai sumpahnya, maka Gajah Mada hanya akan menguasai daerah-daerah yang telah disebutkan dalam sumpahnya.
Namun rupanya ada beberapa daerah yang juga menjadi target Gajah Mada.
Meski itu tidak sesuai Sumpah Palapa. Daerah manakah itu?
Menurut buku berjudul "Hitam Putih Mahapatih Gajah Mada" karya Sri Wintala Achmad yang terbit pada tahun 2018, sebuah kerajaan yang terletak di ujung Indonesia juga menjadi target.
Kerajaan yang dimaksud adalah Kerajaan Samudera Pasai.
Achmad menulis dalam bukunya bahwa Kerajaan Samudra Pasai mendadak diserang oleh Kerajaan Majapahit pada sekitar tahun 1345 atau 1350.
Pada masa itu, Kerajaan Samudera Pasai dipimpin oleh Sultan Ahmad Malik az-Zahir.
Sementara Kerajaan Majapahit dipimpin oleh Tribhuwana Wijaya Tunggadewi hingga tahun 1350.
Kepemimpinan Majapahit selanjutnya dipegang oleh Hayam Wuruk yang naik tahta di tahun yang sama.
Memang pada saat itu, Gajah Mada tengah mewujudkan Sumpah Palapanya.
Tidak heran terjadi peperangan di mana-mana antara pasukan Gajah Mada dengan kerajaan lain.
Tak terkecuali Kerajaan Samudera Pasai.
Apalagi pada awal pemerintahannya, Hayam Wuruk memang tengah mencoba melakukan serangan ke daerah Aceh.
Karena kerajaannya diserang oleh pasukan yang begitu kuat, maka raja ketiga Kerajaan Samudera Pasai itu langsung meninggalkan ibu kota kesultanan.
Akibat dari insiden ini pula kerajaan Islam itu menghadapi masa kemunduran.
Konon serangan Gajah Mada ke Kerajaan Samudera Pasai sering digambarkan pada dongeng-dongeng atau cerita rakyat Aceh.
Diceritakan bagaimana berambisinya Gajah Mada untuk berkuasa walau itu melanggar isi Sumpah Palapanya.