Meskipun Diperlukan dalam Perang, Namun Inilah Lima Taktik Perang Paling Brutal Sepanjang Sejarah Peperangan, Salah Satunya Dilakukan Bangsa Mongol Hingga Menghilangkan Sebelas Persen Populasi Bumi

K. Tatik Wardayati

Penulis

Intisari-Online.com – Tentu saja, perang mana yang terkenal akan keramahannya? Rasanya tidak ada satu pun!

Perang tidak pernah dikenal karena keramahannya, tetapi sepanjang sejarah, para pejuang perang sering mematuhi aturan tidak tertulis yang mencoba membatasi kerusakan atau penderitaan yang tidak perlu bagi mereka yang terlibat.

Namun, terkadang aturan dilanggar, mengungkap kebrutalan perang yang sebenarnya.

Baca Juga: Taktik Perang Cemerlang Ataukah Ide Mengerikan dan Biadab? Tentara di Abad Pertengahan Gunakan Kucing Roket untuk ‘Serang’ Musuh Mereka

Ini bisa terjadi selama perang yang kejam dan berlarut-larut, atau perang yang dimotivasi oleh kebencian.

Beberapa orang menganggap bahwa tindakan tertentu sebagai ‘terlalu jauh’ selama masa perang tidak masuk akal.

Berikut ini lima taktik perang yang sangat brutal sepanjang sejarah peperangan.

Baca Juga: Hadapi 80.000 Gerombolan Rusia, Meminum Darah Kuda Jadi 'Rahasia' Pasukan Mongol 'Pimpinan Genghis Khan' Bisa Lumpuhkan Musuh dengan Tangkas

1. Serangan gas kimia

Kondisi di medan Perang Dunia 1 mungkin adalah yang terburuk sepanjang sejarah.

Banyak peralatan dan taktik yang digunakan dalam Perang Besar tidak ditemukan, tetapi disempurnakan di sananya.

Nyatanya, beberapa metode pembunuhan sangat brutal, sehingga dilarang.

Pasukan menghadapi serangan udara, bom, senapan mesin, senapan, ranjau, dan artileri, namun yang terburuk adalah gas kimia.

Sejumlah senjata kimia yang berbeda digunakan selama Perang Dunia 1, termasuk klorin, mustard, dan gas fosgen.

Gas-gas ini menyerang sistem pernapasan, mata, dan kulit dan dapat membunuh dalam konsentrasi yang cukup tinggi.

Bayangkan saja, gas fosgen dapat membunuh beberapa hari setelah terpapar.

Meskipun serangan gas bukanlah senjata yang sangat efektif untuk membunuh, mereka senjata ini benar-benar menakutkan dan menyebabkan ketakutan psikologis yang luar biasa.

Baca Juga: Temui Attila si Cambuk Tuhan, Penguasa Bangsa Hun yang Ditakuti Kekaisaran Romawi tapi Diyakini Mati Mimisan pada Malam Pernikahannya, Alasannya?

2. Pengeboman Jepang

Perang melawan Jepang di Pasifik sangatlah kejam, meskipun sebagian besar dibayangi oleh perang di Eropa.

Para pejuang yang terlibat menganggap satu sama lain sebagai hama yang tidak layak hidup, sehingga terjadi perlakuan mengerikan satu sama lain yang biasa terlintas menjadi sadis.

Orang Jepang sendiri berjuang sampai titik darah penghabisan, sehingga mereka memilih bunuh diri daripada menyerah.

Sekutu tahu bahwa jika perang pindah ke daratan Jepang, maka jumlah korban tewas akan sangat besar.

Untuk menghentikan Jepang sebelum ini terjadi, AS mulai menyerang kota-kota kayu mereka yang rentan.

Menyerang kota dengan api adalah metode yang paling efektif.

Satu serangan udara di Tokyo menewaskan 100.000 warga sipil dan menyebabkan 1 juta lebih kehilangan tempat tinggal. Itu adalah serangan bom tunggal terburuk dalam sejarah.

Beberapa berpendapat bahwa dua bom atom yang dijatuhkan di Jepang adalah alternatif yang jauh lebih murah untuk kehidupan daripada pemboman terus menerus.

Baca Juga: 'Manajemen Kebiadaban' Jadi Buku Teks Perlawanan Kelompok Islam, Taktik Perang Mao Zedong Disebut Jadi Inspirasi Taliban Menguasai Afghanistan

3. Pengepungan Leningrad

Beberapa taktik militer sama efektifnya dengan pengepungan, yang memungkinkan tentara untuk membuat musuh kelaparan pasokan dan sarana untuk membalas hanya dengan memblokir akses mereka ke dunia luar.

Ini menjadi sangat berguna melawan posisi yang dibentengi, yang kemungkinan menelan banyak korban jika serangan konvensional dilakukan.

Kondisi di antara yang terkepung dapat berkisar dari ketidaknyamanan hingga kengerian.

Saat kelaparan terjadi, penduduk yang adalah warga sipil, menjadi putus asa.

Pengepungan Leningrad menjadi salah satu yang terburuk dalam sejarah, yang berlangsung dari September 1941 hingga Januari 1944.

Mereka yang tinggal di kota itu mengalami beberapa kondisi terburuk yang bisa dibayangkan.

Kelaparan sangat parah sehingga orang memakan hewan peliharaan mereka sendiri, ikat pinggang kulit, kain, bahkan minyak.

Bahkan dilaporkan terjadi kanibalisme, lebih dari 1 juta warga sipil tewas dalam pengepungan.

Baca Juga: Taktik Perang China Terbongkar, Rupanya Inilah Titik Krusial yang Bakal Digunakan China Untuk Mendaratkan Pasukan di Pulau Taiwan, Inilah Pasukan yang Melakukan Operasinya

4. Diinjak-injak Romawi

Kekaisaran Romawi mampu merampingkan taktik militernya selama ribuan tahun keberadaannya, dengan legiuner Romawi yang diperlengkapi dan dilatih dengan baik.

Dalam pertempuran, mereka beroperasi dalam formasi yang diatur dengan ketat yang dikenal sebagai kohort yang maju sebagai satu di medan perang.

Setiap orang adalah mesin pertempuran yang efisien yang dilengkapi dengan perisai dan sandal yang disebut caligae.

Sandal ini bukan aksesori fesyen, tetapi senjata yang menakutkan.

Saat formasi maju mereka bentrok dengan musuh, idealnya membunuh mereka dengan cepat.

Namun, bagi mereka yang tidak cukup beruntung untuk menjadi korban kohort tetapi bertahan, sandal Romawi memastikan mereka juga akan bergabung dengan rekan-rekan mereka yang gugur.

Di bagian bawah, sandal itu ditutupi paku yang memberi kesempatan para prajurit mencengkeram saat bergerak.

Sandal juga berfungsi ganda sebagai senjata untuk membunuh orang yang selamat yang tertangkap di bawah kohort.

Formasi dilakukan di atas muruh mereka, lalu diinjak-injak sampai mati oleh kaki para tentara Romawi, melansir warhistoryonline.

Baca Juga: Sebelum Jadi Momok KKB Papua, Ternyata Nama 'Pasukan Setan' Begitu Melegenda Kala Agresi Militer Belanda, Bahkan Kompeni Sampai Tunggang Langgang

5. Menaklukkan dengan genosida

Genosida merupakan taktik kuno yang telah digunakan berulang kali karena kesederhanaannya.

Membunuh banyak orang dapat menghentikan ancaman atau berfungsi sebagai pencegahan.

Bangsa Mongol merupakan salah satu yang melakukan hal ini.

Setelah menaklukkan wilayah musuh, mereka tidak hanya akan mendudukinya, mereka kemudian akan melakukan genosida massal dan membunuh penduduk setempat.

Taktik itu sangat berguna bagi bangsa Mongol, karena memungkinkan mereka untuk mengganti oposisi potensial dengan rakyat mereka sendiri, dan itu membuat mereka mendapatkan reputasi yang menakutkan.

Jika orang-orang Mongol berada di luar kota Anda dan menuntut Anda untuk menyerah, Anda melakukannya karena Anda tahu apa yang akan terjadi selanjutnya.

Jadi, ini memungkinkan sejumlah besar wilayah diperoleh dengan cara yang sangat efisien tanpa banyak pertumpahan darah.

Diperkirakan bahwa bangsa Mongol telah membunuh sebelas persen dari populasi bumi.

Baca Juga: Pembantaian dan Kekejaman Biasa Terjadi pada Perang Sino-Jepang II, Keduanya Gunakan Taktik Perang ‘Bumi Hangus

Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari

Artikel Terkait