Penulis
Intisari-Online.com-Ramses II adalah seorangfiraunatau raja yang mencoba memperluas wilayah Mesir hingga jauh ke Levant.
Dia bertempur dengan kekaisaran lain yang disebut orang Het di Pertempuran Qadesh (juga dieja Kadesh) di Suriah.
Ramses II membual tentang prestasinya, menghiasi Abu Simbel dengan adegan-adegan dari Pertempuran Kadesh.
Satu pertempuran yang berakhir seri namun digambarkannya dengan kemenangan.
Pertempuran Kadesh (1275 SM ) adalah pertempuran besar antara orang Mesir di bawah Ramses II dan orang Het di bawah Muwatallis.
Pertempuran ini terjadi di Suriah, sebelah barat daya Him, di Sungai Orontes.
Dalam salah satu pertempuran kereta perang terbesar di dunia, yang terjadi di tepi Sungai Orontes, Firaun Ramses II berusaha merebut Suriah dari orang Het dan merebut kembali.
Ada hari pembantaian ketika sekitar 5.000 kereta menyerbu ke medan pertempuran, tetapi tidak ada pemenangnya langsung.
Pertempuran itu menghasilkan perjanjian damai pertama yang tercatat di dunia.
Memutuskan untuk mengejar kebijakan ekspansionis yang diperkenalkan oleh ayahnya, Seti I, Ramses menginvasi wilayah Het di Palestina dan mendorong ke Suriah.
Di dekat Sungai Orontes, tentaranya menangkap dua orang yang mengatakan bahwa mereka adalah pembelot dari pasukan Het, yang sekarang berada agak jauh, di luar Aleppo.
Mereka terlihat meyakinkan, karena firaun telah maju jauh di depan pasukan utamanya dengan penjaga depan 20.000 infanteri dan 2.000 kereta.
Sayangnya, mereka sebenarnya adalah agen setia musuhnya.
Dipimpin oleh Pangeran Tertinggi mereka, Muwatallis, orang Het sudah dekat—dengan 40.000 prajurit dan 3.000 kereta—dan dengan cepat menyerang.
Kereta tiga kuda mereka yang berat menabrak barisan depan dn belakang orang Mesir.
Merasa sudah hampir menang, orang Het menurunkan kewaspadaan mereka dan mulai menjarah musuh mereka yang jatuh.
Namun Ramses dengan cepat menyusun kembali anak buahnya dan melancarkan serangan balik.
Ramses akhirnya diceritakan memetik kemenangan.
Meski begitu, kedua belah pihak mengklaim Kadesh sebagai kemenangan.
Sebenarnya, hasilnya tidak meyakinkan bahkan disebut seri.
Sedemikian rupa sehingga, lima belas tahun kemudian, kedua belah pihak kembali ke Kadesh untuk menyetujui pakta non-agresi, yakni contoh pertama yang diketahui dalam sejarah.
(*)