Dengan pertimbangan tersebut, pemerintah dan aparat setempat melakukan aksi jemput bola dengan mengadakan vaksinasi door to door. Di beberapa tempat, aparat juga menyediakan sentra vaksin yang berada di sekitar pemukiman masyarakat.
“Masyarakat senang dengan kemudahan yang diberikan,” katanya.
Sebagai upaya mendorong vaksinasi merata, pihaknya juga turut memaksimalkan peran Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas), Bintara Pembina Desa (Babinsa), dan bidan desa.
Sunardi juga ikut memantau situasi lapangan dengan membentuk grup Whatsapp hingga ke tingkat RT dan RW. Berkat upaya tersebut, Pacitan berhasil mencapai 72,61 persen dan akan terus dikebut hingga seluruh masyarakat mendapat vaksinasi penuh.
“Selain capaian vaksinasi umum, kami (juga) mengejar vaksinasi lansia yang baru 52 persen,” kata Sunardi.
Vaksinasi di wilayah perkotaan
Berbeda dengan wilayah daerah, tantangan vaksinasi di area perkotaan justru disebabkan karena banyaknya informasi hoaks yang beredar di lapangan.
Ketua Yayasan Sinergi Vaksinasi Merdeka Devi Rahmawati menyebut, selain tantangan informasi, kendala akses dan biaya menuju sentra vaksinasi pun ikut menjadi permasalahan bagi masyarakat.
“Berdasarkan studi, keengganan masyarakat untuk vaksinasi adalah persoalan teknis,” ungkap Devi.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, pihaknya bekerja sama dengan banyak kalangan untuk melakukan vaksinasi kolosal (Vaksinasi Merdeka) di 900 titik di DKI Jakarta dan wilayah-wilayah penyangga.
Saat ini, program Vaksinasi Merdeka ini telah terlaksana sebanyak tiga kali dengan melibatkan ribuan orang relawan. Diharapkan dengan adanya berbagai titik sentra vaksinasi dapat membantu masyarakat untuk mendapat edukasi yang tepat sekaligus mendapatkan vaksinasi penuh.