Penulis
Intisari-Online.com – Distribusi vaksin saat ini masih menjadi perhatian pemerintah. Tidak hanya berfokus pada distribusi vaksin di wilayah perkotaan, distribusi vaksin juga ikut menyasar wilayah pedalaman.
Kendati demikian, proses distribusi vaksin di wilayah pedalaman juga tidak luput dari berbagai tantangan. Salah satunya berasal dari akses lokasi hingga karakter geografis di masing-masing wilayah.
Hal ini dipaparkan oleh Kepala Dinas Komunikasi dan Informasi Sulawesi Barat Mustari Mula dan Wakil Kapolres Kabupaten Pacitan, Jawa Timur Kompol Sunardi dalam dialog virtual KPCPEN, Rabu (24/11/2021).
Sulawesi Barat, kata Mustari, masih memiliki banyak daerah yang tidak terjangkau dengan kendaraan roda dua. Untuk memastikan kualitas vaksin tetap baik selama perjalanan, pihaknya harus menghitung jarak tempuh hingga medan yang akan dilalui.
Ketika vaksin sampai ke sentra vaksinasi, tidak semua masyarakat tertarik untuk mengikuti program vaksinasi. Kedatangan beberapa tenaga kesehatan (nakes)bahkan sempat ditolak oleh para warga.
“Tapi setelah teredukasi dengan baik, justru partisipasi masyarakatnya lebih proaktif untuk divaksin,” jelas Mustari.
Dengan kegigihan banyak pihak serta adanya edukasi dari para nakes, capaian vaksinasi berhasil mencapai angka 56 persen. Mustari memastikan jika stok vaksin yang ada di wilayahnya juga sudah mencukupi untuk seluruh masyarakat di wilayahnya.
“Stok vaksin juga terpenuhi,” imbuhnya.
Baca Juga: Penyebab Pertempuran 10 September 1945, Termasuk Hal-hal yang Tidak Diceritakan dari Pertempuran Ini
Senada dengan Mustari, Sunardi juga ikut mengalami tantangan serupa. Menurutnya, 85 persen wilayah pacitan masih terdiri atas wilayah pegunungan dan perbukitan.
Hal ini tidak hanya menyulitkan proses vaksinasi, tetapi juga akses masyarakat ke sentra vaksinasi. Utamanya bagi kaum lanjut usia (lansia) dan difabel.
Dengan pertimbangan tersebut, pemerintah dan aparat setempat melakukan aksi jemput bola dengan mengadakan vaksinasi door to door. Di beberapa tempat, aparat juga menyediakan sentra vaksin yang berada di sekitar pemukiman masyarakat.
“Masyarakat senang dengan kemudahan yang diberikan,” katanya.
Sebagai upaya mendorong vaksinasi merata, pihaknya juga turut memaksimalkan peran Bhayangkara Pembina Keamanan dan Ketertiban Masyarakat (Bhabinkamtibmas), Bintara Pembina Desa (Babinsa), dan bidan desa.
Sunardi juga ikut memantau situasi lapangan dengan membentuk grup Whatsapp hingga ke tingkat RT dan RW. Berkat upaya tersebut, Pacitan berhasil mencapai 72,61 persen dan akan terus dikebut hingga seluruh masyarakat mendapat vaksinasi penuh.
“Selain capaian vaksinasi umum, kami (juga) mengejar vaksinasi lansia yang baru 52 persen,” kata Sunardi.
Vaksinasi di wilayah perkotaan
Berbeda dengan wilayah daerah, tantangan vaksinasi di area perkotaan justru disebabkan karena banyaknya informasi hoaks yang beredar di lapangan.
Ketua Yayasan Sinergi Vaksinasi Merdeka Devi Rahmawati menyebut, selain tantangan informasi, kendala akses dan biaya menuju sentra vaksinasi pun ikut menjadi permasalahan bagi masyarakat.
“Berdasarkan studi, keengganan masyarakat untuk vaksinasi adalah persoalan teknis,” ungkap Devi.
Untuk menjawab permasalahan tersebut, pihaknya bekerja sama dengan banyak kalangan untuk melakukan vaksinasi kolosal (Vaksinasi Merdeka) di 900 titik di DKI Jakarta dan wilayah-wilayah penyangga.
Saat ini, program Vaksinasi Merdeka ini telah terlaksana sebanyak tiga kali dengan melibatkan ribuan orang relawan. Diharapkan dengan adanya berbagai titik sentra vaksinasi dapat membantu masyarakat untuk mendapat edukasi yang tepat sekaligus mendapatkan vaksinasi penuh.