Penulis
Intisari-Online.com - Timor Leste merupakan sebuah negara di sebelah tenggara Indonesia, menempati setengah Pulau Timor sekaligus berbatasan darat dengan Indonesia.
Ini adalah salah satu negara terkecil di dunia, dengan luas hanya 15.007 kilometer persegi. Sebagai perbandingan, luas pulau Jawa saja 128.297 kilometer persegi.
Meski begitu, wilayah kecil ini pernah menjadi perebutan beberapa negara, juga mengalami krisis dan kekerasan yang bertubi-tubi.
Bangsa terakhir yang menduduki wilayah ini sebelum kemerdekaannya adalah Indonesia.
Operasi Seroja yang dimulai pada 7 Desember 1975 kemudian berhasil menjadikan Timor Leste sebagai bagian wilayah Indonesia.
Timor Leste pun menjadi provinsi termuda Indonesia kala itu, hingga pada tahun 1999 digelar referendum yang memberikan kesempatan untuk Timor Leste menentukan nasibnya sendiri.
Referendum yang digelar pada 30 Agustus 1999 menunjukkan hasil bahwa rakyat Timor Leste menolak integrasi dengan Indonesia dan menginginkan kemerdekaan.
Jauh sebelum itu, Timor Leste telah mengalami pendudukan selama ratusan tahun oleh Bangsa Portugis, dan menjadi medan pertempuran Perang Dunia Kedua.
Dikuasai Portugis, Jepang, hingga Indonesia
Pada tahun 1859, Portugis membagi Pulau Timor dengan Belanda lewat Perjanjian Lisbon, setelah konflik perebutan wilayah ini.
Bagian barat Pulau Timor kemudian dikenal sebagai Timor Belanda, dan bagian timur sebagai Timor Portugis.
Timor Portugis atau kini Timor Leste, diperintah oleh Portugal selama kurang lebih 3 abad, sejak 1700-an hingga 1975. Di antara tahun-tahun ini, wilayah Timor Leste pernah jatuh ke tangan Jepang karena kemenangannya melawan Pasukan Sekutu.
Selama Perang Dunia Kedua, ribuan orang Timor Leste kehilangan nyawa mereka membantu pasukan Australia berperang melawan Jepang.
Setelah Jepang kalah dalam Perang Dunia Kedua, wilayah Timor Leste kembali dikuasai Portugis.
Begitu panjangnya pendudukan oleh bangsa lain dialami Timor Leste berlanjut hingga kedatangan Pasukan Indonesia.
Indonesia rupanya tak bertindak sendiri, karena sebuah dokumen yang dideklasifikasi setelah Timor Leste lepas dari Indonesia mengungkapkan dukungan dari negara-negara Barat. Kunjungan Presiden AS Ford ke Indonesia kala itu disebut sebagai "lampu hijau" untuk menyerang.
Melansir globalissues.org, terungkap saat itu Indonesia mendapat dukungan militer, ekonomi dan politik dari negara-negara seperti Inggris, Amerika Serikat dan Australia, dengan berbagai alasan antara lain cadangan minyak dan gas, lokasi yang strategis, berbagai kepentingan perdagangan dan tenaga kerja murah.
Krisis Timor Leste Tahun 1999 dan Sikap Negara-negara Barat
Terjadi krisis di Timor Leste setelah pemungutan suara atau referendum digelar.
Krisis Timor Timur tahun 1999 itu dimulai dengan serangan militan anti-kemerdekaan terhadap warga sipil, dan meluas menjadi kerusuhan di seluruh Timor Timur, berpusat di ibu kota Dili.
Sekitar 1.400 penduduk tewas, kemudian tentara PBB (INTERFET) dikirim ke Timor Timur untuk mengembalikan stabilitas dan menjaga perdamaian.
Disebut, dukungan juga ditunjukkan negara-negara Barat dengan reaksi internasional yang lambat, ketika milisi dan paramiliter Indonesia yang didukung militer melakukan kampanye teror.
Ada banyak pertanyaan tentang kemampuan PBB dan Dewan Keamanan PBB untuk cepat menanggapi krisis tersebut.
Sikap negara-negara Barat pun menjadi sorotan, di mana media membandingkan dengan krisis Kosovo yang terjadi beberapa bulan sebelumnya.
Untuk krisis Kosovo, komunitas internasional (Barat) memimpin kampanye di sana atas dasar intervensi kemanusiaan.
Media arus utama barat dan politisi dari negara-negara seperti Amerika Serikat membuat pengamatan setelah krisis Kosovo tentang bagaimana kedaulatan nasional tidak dapat menyembunyikan kejahatan perang dan sebagainya.
Tetapi di Timor Timur, menyarankan bahwa kedaulatan Indonesia perlu dipertahankan dan mereka harus bertanggung jawab dalam proses perdamaian.
(*)