Disebut-sebut sebagai Patung Firaun Terbesar di Dunia, Patung Ini Bukan Ditemukan di Mesir Justru Berada di Sudan

Muflika Nur Fuaddah

Penulis

Patung Firaun Taharqa

Intisari-Online.com - Ketika Anda memikirkan patung Firaun, pikiran Anda langsung tertuju ke Mesir.

Namun, beberapa ratus tahun sebelum Masehi, kerajaan Mesir meluas ke banyak negara lain termasuk Nubia, yang saat ini terletak di Sudan, selatan Mesir.

Semua patung Firaun yang diketahui ditemukan terbatas di wilayah Mesir hingga patung Firaun Taharqa seberat satu ton dari dinasti ke- 25 ditemukan di Sudan.

Taharqa memerintah pada 690 SM, era ketika sebagian besar Firaun adalah orang Nubia, sejak Nubia menaklukkan Mesir selama sekitar 150 tahun.

Baca Juga: Lebih Cantik dari Mumi Mesir Firaun, Inilah Mumi Tercantik di Dunia, Wajahnya Utuh Bak Orang Tidur Meski Sudah Meninggal Ribuan Tahun Lalu, Misteri di Baliknya Mengejutkan

Para arkeolog mengemukakan bahwa raja-raja Nubia mencoba memasukkan dalam tradisi mereka budaya dan adat istiadat Mesir.

Hal itu termasuk pembangunan Piramida sebagai makam untuk Kerajaan.

Selama pemerintahan Taharqa, bangsa Asyur memaksanya untuk mundur kembali ke Nubia, sehingga kehilangan Mesir (yang kemudian direbut kembali oleh penerusnya).

Patung Taharqa ditemukan selama penggalian tahun 2003 di Dangeil, Sudan.

Baca Juga: Termasuk Darah Dagingnya Sendiri, Inilah 8 Ratu Firaun Ramses II, Siapa yang Paling Dicintainya?

Ini menunjukkan bahwa kota Dangeil memiliki arti penting dan bahkan mungkin merupakan 'kota kerajaan'.

Patung itu terbuat dari granit dan tingginya sekitar 2,6 meter, tetapi sengaja dihancurkan menjadi beberapa bagian, karena alasan yang tidak diketahui.

Hal yang menarik adalah bahwa tambang granit terdekat berjarak ratusan kilometer di atas Sungai Nil.

Secara logika, perjalanan untuk membawa patung itu ke Dangeil butuh waktu beberapa hari.

Baca Juga: Termasuk Darah Dagingnya Sendiri, Inilah 8 Ratu Firaun Ramses II, Siapa yang Paling Dicintainya?

Orang-orang Ini Hancurkan Kerajaan Kush yang Berusia 2.000 tahun di Sudan

Jabal Maragha, sebuah situs arkeologi di Gurun Sahara Timur di Sudan, telah dirusak oleh para penggali emas.

Para ahli dari Departemen Kepurbakalaan dan Museum Sudan merasa ngeri ketika mereka melakukan perjalanan ke lokasi berusia 2.000 tahun itu pada 2020, tapi semua sudah dilenyapkan.

Apa yang mereka lihat jauh dari menakjubkan – 5 orang mengoperasikan 2 mesin penggali, yang berhasil membuat parit sepanjang 65 kaki dan kedalaman 55 kaki.

Seperti banyak pencari harta karun di negeri ini, mereka nekat mencari emas.

Baca Juga:Mengapa Justru Ratu Mesir Paling Kuat Ini Dihapus dari Sejarah? Mungkinkah Karena Rasa Iri dari Anak Tirinya Karena Kekuatan yang Dimilikinya?

Logam mulia cenderung membuat orang kehilangan akal sehat, tentu menjadi faktor dalam tindakan ini.

“Mereka melakukan sesuatu yang gila,” kata arkeolog Habab Idriss Ahmed sebagaimana dilansirThe Vintage News.

"Untuk menghemat waktu, mereka menggunakan alat berat.”

Dulunya Jabal Maragha, merupakan bagian dari Kerajaan Kush yang ada selama periode Meroitic (1070 SM – 350 M).

(*)

Artikel Terkait