Penulis
Intisari-Online.com - Berbagai hal tentang kematian Cleopatra menjadi salah satu misteri yang tak terpecahkan sepanjang sejarah.
Para ilmuwan mencoba membongkar teka-teki kematiannya, tapi tak sepenuhnya dapat menjawab berbagai misteri yang ditinggalkan Firaun terakhir Mesir ini.
Mulai dari di mana tempat ia dimakamkan hingga penyebab kematiannya terus mengusik rasa ingin tahu banyak orang.
'Cleopatra bunuh diri dengan gigitan ular' merupakan teori klasik yang paling terkenal.
Namun, benarkah itu yang terjadi pada sosok yang terkenal dengan pesonanya di mata para lelaki ini?
Rupanya, banyak ilmuwan meragukan teori tersebut. Keraguan tentang cara bunuh diri Cleopatra pun sebenarnya sudah terjadi sejak lama.
Meski begitu, menurut Joyce Tyldesley, egyptologist dari University of Manchester, Inggris, kepada The Huffington Post, arguman para peneliti masih gagal mematahkan teori lama yang terlanjur dikonsumsi begitu saja oleh khalayak tersebut.
Berbagai penjelasan telah diungkapkan oleh para ilmuwan, lalu apa penyebab kematian Cleopatra menurut mereka?
Melansir National Geographic, Tyldesley dan Andrew Gray, kurator herpetologi di Museum Manchester yang tampil bersama dalam sebuah video, menjelaskan ketidakpraktisan Cleopatra jika bunuh diri menggunakan ular.
Video tersebut merupakan bagian dari kursus online gratis tentang sejarah Mesir kuno.
Menurut Andrew Gray, seekor ular kobra terlalu besar untuk menyelinap ke istana tanpa diketahui orang.
Dan jikapun Cleopatra mendapatkan ular itu di dalam istananya dan mencoba menggunakan bisanya untuk bunuh dir, itu akan memiliki tingkat kegagalan yang cukup tinggi, lanjutnya.
Menurut kisah-kisah klasik yang begitu terkenal mengatakan bahwa Cleopatra bunuh diri dengan seekor “asp” yang diam-diam masuk ke istananya sementara Oktavianus memegang tahanannya. Disebut, “asp” bisa merujuk pada salah satu ular berbisa Eropa atau kobra Mesir.
"Sebagian besar gigitan ular adalah gigitan kering,” jelas Grey, mengacu pada fakta bahwa saat menggigit, kobra tidak menyuntikkan racun.
“Bahkan dengan gigitan kobra, kesempatan untuk mati hanya 10%," katanya.
Selain itu, menurut Grey, mati oleh bisa ular tidak bisa cepat dan menyakitkan.
Racun kobra akan perlahan-lahan membusukkan daging seseorang.
Diceritakan bahwa sebelum menggigit Cleopatra, ular itu juga menggigit pelayannya. Hal ini juga menjadi salah satu alasan keraguan teori tersebut.
Grey mengatakan, sangat tidak mungkin bahwa Cleopata dan dua pelayanannya bunuh diri dengan satu ular.
“Mendapatkan ular menggigit dua orang atau lebih secara berurutan akan sangat sulit,” terang Gray.
Sementara itu, Christoph Schaefer, profesor sejarah kuno di University of Trier, Jerman, membuat argumen serupa dalam sebuah wawancara dengan CNN pada 2010 lalu.
Bahkan, ia berspekulasi tentang apa yang sebenarnya digunakan Cleopatra untuk bunuh diri yaitu dengan racun.
Itu didasarkan pada beberapa catatan yang menyebut bahwa Firaun terakhir Mesir itu memiliki pengetahuan soal racun.
Argumen lain diungkapkan Stacy Schiff dalam bukunya Cleopatra: A Life.
Meragukan bahwa Cleopatra akan bunuh diri dengan cara yang kurang masuk akal.
“Cleopatra bukan tipe orang yang membuat modus bunuh diri dengan sesuatu yang kurang masuk akal, seperti dengan ular,” tulisnya.
Senada dengan Schaefer, ia berujar bahwa lebih masuk akal Cleopatra bunuh diri dengan racun, “Seorang pemimpin jauh lebih mungkin untuk menggunakan racun," jelasnya.
Ada juga beberapa ilmuwan yang percaya bahwa sebenarnya Cleopatra bukan mati bunuh diri, melainkan dibunuh.
Dalam teori Cleopatra dibunuh, menyebut Octavianus yang ingin mengambil alih kekaisaran sebagai pelakunya.
Terlebih, putra Cleopatra, Caesarion, dipandang Octavianus sebagai ancaman bagi Roma.
Octavianus merasa dirinya bisa menangkap Cleopatra dan bahkan mempermalukan wanita itu. Tapi, klaim tersebut adalah klaim yang dikutip dari memoar Octavianus sendiri dan tingkat akurasinya tentu dipertanyakan.
Teori itu juga langsung dibantah oleh Tyldesley. Ia tidak menemukan bukti bahwa ratu terakhir Mesir itu dibunuh, sementara bunuh diri di Mesir masa itu adalah hal yang bisa diterima.
“Kami tahu sedikit sekali tentang bunuh diri di Mesir kuno—bahkan hampir tidak pernah terdengar.
"Tapi bunuh diri pada masyarakat Helenistik/Romawi dipandang sebagai cara yang bisa diterima untuk menghadapi masalah yang berlarut-larut. Dan Cleopatra itu milik dunia," jelasnya.
Dalam Encyclopaedia Britannica, Tyldesley menulis, Cleopatra bunuh diri pada 30 SM, tak lama setelah ia dan kekasih sekaligus sekutu politiknya, Mark Antony, menderita kekalahan militer dari penguasa Romawi, Oktavianus.
(*)