Penulis
Intisari-Online.com – Kisah tentang Firaun pada masa Mesir Kuno rupanya menarik perhatian kita belakangan ini, pun demikian dengan para arkeolog di berbagai dunia.
Mereka berupaya menyingkap misteri di balik kehidupan para Firaun yang pernah berkuasa.
Ditambah lagi dengan kemajuan teknologi yang memungkinkan ilmu pengetahuan menguak berbagai misteri yang terjadi di masa lalu.
Pemindaian tomografi terkomputerisasi (CT) dilakukan terhadap mumi berusia 3.600 tahun berikut.
Mumi yang dimaksud adalah seorang firaun Mesir bernama Seqenenre Taa-II, firaun ke-14 dari Dinasti Theban dan pemimpin Mesir selatan selama pendudukan Mesir oleh Hyksos.
Sayangnya, firaun tersebut kemudian terbunuh, dalam upayanya menggulingkan Hyksos.
Tetapi, kematian Seqenenre Taa-II masih menjadi misteri.
Sejak penemuan muminya pada tahun 1880-an, para ahli masih memperdebatkan penyebab kematiannya.
Dalam penelitian arkeolog sebelumnya tercatat bahwa firaun memiliki luka kepala yang parah tetapi tak ada luka lain di tubuhnya.
Oleh karena itulah memunculkan teori bahwa firaun itu ditangkap dalam pertempuran dan dieksekusi setelahnya.
Kondisi mumi tersebut juga buruk, yang menunjukkan bahwa pembalseman dilakukan dengan tergesa-gesa dan tidak sesuai dengan ritual dan teknik mumifikasi kerjaan yang epik.
Dengan pemindaian CT, maka peneliti berhasil mengungkap teka-teki kematian firaun tersebut.
Mengutip dari IFL Science (19/2/2021), para peneliti menyebutkan bahwa kematian Seqenenre Taa-II cukup brutal.
Dari pemindaian menunjukkan adanya beberapa luka di kepala yang tidak dijelaskan sebelumnya.
Kemudian, peneliti merumuskan teori baru jam-jam terakhir firaun.
Para peneliti mengira bahwa Seqenenre Taa-II tertangkap di medan perang dengan tangan terikat di belakang, sehingga dia tidak bisa membela diri dari penyerangnya.
Menurut Dr. Sahar Saleem, profesor radiologi di Universitas Kairo dan penulis utama studi, menyebutkan bahwa dari hasil pemindaian tersebut menunjukkan Seqenenre Taa-II benar-benar berada di garis depan bersama tentaranya, untuk mempertaruhkan nyawa membebaskan Mesir.
Dari hasil pemindaian CT dan bukti lain juga menunjukkan bahwa eksekusi dilakukan oleh beberapa penyerang.
Itu karena luka cocok dengan setidaknya llima senjata berbeda yang dimiliki oleh musuh.
Menurut Saleem, dalam eksekusi normal terhadap tahanan yang terikat dapat diasumsikan bahwa hanya ada satu penyerang.
Bisa saja dari sudut yang berbeda, tetapi tidak dengan senjata yang berbeda, tetapi kematian Seqenenre Taa-II lebih merupakan eksekusi seremonial, tambah Saleem.
Penelitian baru juga memberikan pandangan lain mengenai proses mumifikasi Seqenenre Taa-II yang dianggap buruk.
Namun, menurut Saleem, mumifikasi justru dilakukan dengan terampil.
Ketika itu orang menggunakan bahan pembalseman sebagai pengisi untuk menyembunyikan luka di kepala firaun, mirip dengan operasi plastik saat ini.
Itu berarti menunjukkan bahwa mumifikasi dilakukan di tempat yang layak dengan perlengkapan yang sesuai.
Meski akhirnya berakhir dengan kematian, namun perjuangan Seqenenre Taa-II untuk menggulingkan Hyksos ternyata berhasil.
Hasil penelitian para arkeolog telah dipublikasikan dalam Frontiers in Medicine.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik? Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di https://www.gridstore.id/brand/detail/27/intisari