Ayah putri itu menolak karena jika ia menikahkan putrinya dengan Diponegoro hanya akan membawa putri kepada nasib buruk.
Kemudian ada fakta yang jarang diketahui orang yaitu selama Perang Jawa, Pangeran Diponegoro menganggap Gawok, luar Surakarta, 15 Oktober 1826, menjadi lokasi kekalahannya yang terbesar.
Ternyata di Gawok sebelum pertempuran berlangsung, ia tidur dengan seorang perempuan muda China yang bukan istri resminya bukan pula selirnya.
Perempuan itu adalah tawanan perang di Kedaren dan Diponegoro mempekerjakannya sebagai tukang pijatnya.
Skandal itu disesali Diponegoro dan ia anggap alasan kekalahan sekaligus penyebab ia terluka di bagian dada dan tangan, dan ia menganggap kesenangan seksualnya telah menetralkan kekebalannya.
Selanjutnya ia melarang komandannya berhubungan intim dengan ras campuran China-Indonesia, dan Diponegoro memperingatkan jika hubungan dengan kaum peranakan bisa membawa sial, dengan contoh yang ia pakai kemudian adalah saudara iparnya, Raden Tumenggung Ario Sosrodilogo, kehilangan pengaruhnya pada 1827-1828 di pantai utara Jawa karena ia memperkosa seorang wanita China ketika pasukannya memasuki kota Lasem yang menjadi lingkungan mayoritas peranakan China.
Ingin mendapatkan informasi lebih lengkap tentang panduan gaya hidup sehat dan kualitas hidup yang lebih baik?Langsung saja berlangganan Majalah Intisari. Tinggal klik di sini