Kasus Positif Covid-19 Turun Berkat PPKM, Pemerintah Imbau Masyarakat agar Tidak Terlena

Sheila Respati

Penulis

Positivity rate Indonesia kini berada di titik terendah sejak berlangsungnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Intisari-Online.com – Positivity rate Indonesia kini berada di titik terendah sejak berlangsungnya Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM).

Diketahui, angka positivity rate terpantau berada di bawah 2 persen dengan tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) berada di bawah 10 persen.

Kabar baik tersebut disampaikan oleh Kepala Bidang Penanganan Kesehatan Satgas Covid-19 Alexander Ginting. Menurutnya, keberhasilan ini tidak lepas dari kolaborasi antara masyarakat dan aparat pemerintah.

Menurunnya kasus positif tersebut diyakini Alexander menjadi harapan baru terkait penanganan Covid-19. Adanya pembukaan kembali fasilitas publik diharapkan mampu menjadi angin segar bagi masyarakat dari berbagai kalangan.

Baca Juga: Padahal Bak Hanya Tinggal 'Jentikkan Jari' untuk Seret Indonesia ke Pengadilan Internasional atas 'Dosanya' di Timor Leste, Pria Ini Justru Pilih Damai, Terungkap Alasannya!

Kendati demikian, ia tetap mengimbau agar tidak terlena dengan pencapaian tersebut. Pasalnya, untuk mempertahankan prestasi tersebut, seluruh lapisan masyarakat harus tetap melaksanakan tiga pilar pengendalian Covid-19.

Adapun pilar tersebut terdiri atas 3M, yakni mencuci tangan dengan sabun, memakai masker, dan menjaga jarak, percepatan vaksinasi, serta penguatan testing, tracing, dan treatment (3T) di lapangan.

“Virus tetap ada sehingga program pengendalian harus terus dilaksanakan,” kata Alexander dalam keterangan resmi, Rabu (13/10/2021).

Di samping mengajak lapisan masyarakat untuk tetap mematuhi protokol kesehatan (prokes), Alexander mengaku, pemerintah juga masih memiliki banyak pekerjaan rumah. Salah satunya adalah percepatan vaksinasi untuk kaum lansia dan difabel.

“Masih ada tugas untuk meningkatkan cakupan vaksinasi agar tidak ada yang tertinggal, termasuk kaum disabilitas dan lansia,” tuturnya.

Baca Juga: Lawan Dominasi Vaksin China, AS Ambil Peran dalam Diplomasi Vaksin, Siap Luncurkan Puluhan Juta Vaksin ke Seluruh Dunia, Lebih Unggul Siapa?

Terkait dengan karantina pasien Covid-19, Alexander menyarankan agar masyarakat yang memiliki gejala untuk segera mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat.

Hal ini bertujuan agar pasien tidak menjalin kontak erat dengan keluarga sehingga menekan risiko kluster keluarga.

Di samping itu, ia juga tetap mengingatkan agar berbagai aparat masyarakat tetap siaga agar tidak terjadi lonjakan kasus ketiga.

“Kendati kondisi membaik, pemerintah, rumah sakit, posko PPKM, pusat isolasi, semua pihak harus tetap siaga dan bekerja bersama agar tidak terjadi lonjakan kasus,” tandasnya.

Baca Juga: Inilah 8 Misteri Militer Aneh yang Belum Terpecahkan, Salah Satunya Pesawat ‘Hantu’ yang Terbang di Atas Pearl Harbor Satu Tahun Setelah Serangan Mendadak

Sinergi antara fasilitas negara

Guna mendukung program pemerintah selama PPKM, Sekjen Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia (PERSI) Lia G. Partakusuma menyatakan, pihaknya selalu menginstruksikan kepada setiap rumah sakit agar terus siaga.

Menurutnya, meski jumlah pasien perlahan menurun, rumah sakit masih harus bertindak cepat dalam memisahkan pasien terinfeksi. Terutama jika mengingat transmisi virus yang mampu berpindah secara cepat.

“Tugas berat untuk memisahkan alur pasien, agar pasien non-Covid-19 ini aman, sehingga ada ketentuan ketat untuk skrining di rumah sakit,” papar Lia.

Untuk keperluan pasien umum, Lia telah menginstruksikan rumah sakit untuk membuka kembali layanan kesehatan mereka.

Baca Juga: Ketar-Ketir, Malaysia Bongkar Risiko Mengerikan Terkait Kesepakatan Kapal Selam Nuklir Australia, Negara Asia Tenggara Khususnya Malaysia dan Indonesia Disebut Bisa Kena Imbasnya Ini

“Mulai September dan awal Oktober, kami membuka layanan untuk pasien non-Covid-19 yang sudah cukup lama menunggu,” lanjutnya.

Senada dengan Alexander, Lia juga mengimbau agar masyarakat tidak larut dalam euforia penanganan Covid-19.

Ia menuturkan, perkembangan virus corona masih sangat dinamis. Karena itu, upaya menemukan varian mutasi virus pun terus dilakukan, terutama ketika ditemukan gejala klinis yang berbeda.

“Jangan euforia karena merasa sudah divaksin dan Covid-19 di Indonesia terkendali. Belajar dari negara tetangga, terjadinya lonjakan kasus harus selalu diwaspadai,” tegasnya.