Di era modern, musik Timor dikaitkan erat dengan gerakan kemerdekaan.
Misalnya, band Dili All Stars merilis sebuah lagu yang menjadi lagu kebangsaan menjelang referendum kemerdekaan tahun 2000.
Dili Allstars dibentuk ketika Paul Stewart dan (dari band Painters and Dockers) menghubungi musisi Timor Leste Gil Santos untuk merekam sebuah lagu untuk memprotes penangkapan pemimpin perlawanan Timor Timur Xanana Gusmao oleh angkatan bersenjata Indonesia pada awal tahun sembilan puluhan.
Lagu ini adalah versi dari Rose Tattoo 'We Can't Be Beaten', dinyanyikan dalam bahasa Tetum dan Inggris.
Baik Santos maupun Stewart telah lama terlibat dalam perjuangan Timor Timur karena mereka masing-masing telah kehilangan seorang ayah dan seorang saudara laki-laki dalam invasi Indonesia tahun 1975 .
Sebelum referendum Kemerdekaan 1999, band ini merekam lagu asli 'Liberdade' dan enam lagu lainnya sebagai tanggapan mendengar bahwa Gubernur Timor Leste memainkan lagu-lagu pro-Indonesia di bandara Dili.
Dengan bantuan Universitas Melbourne, 500 kaset diselundupkan ke Timor Leste.
Lagu-lagu tersebut memiliki eksposur yang luas selama menjelang pemilihan, dan tetap kuat dalam ingatan orang Timor hari ini.